JAKARTA – Ada kabar mengejutkan dari Timnas Indonesia. Kekalahan dari Arab Saudi dan Irak menjadi momen menyakitkan yang berujung pada kekosongan di kursi kepelatihan Timnas Indonesia saat ini. Juga menciptakan situasi mendesak.
Karena agenda padat yang sudah menanti, seperti International Break pada November yang hanya tinggal 21 hari lagi, Piala AFF sebentar lagi, dan Piala Asia 2027, PSSI dituntut untuk segera mengambil langkah cepat dan tepat.
Mengerucut pada satu nama, Hussein Ammouta, seorang pelatih berkebangsaan Maroko berusia 55 tahun dan memiliki profil usia ideal. Tidak terlalu old school, tetapi juga tidak terlalu muda, sehingga berpotensi minim gesekan di ruang ganti.
Baca Juga:Menang Atas Argentina 2-0 di Final, Maroko Juara Piala Dunia U-20Ramai Calon Pelatih Indonesia Berkat Pemandu Bakat PSSI Simon Tahamata Berpelukan dengan Frank de Boer
Ammouta memiliki prestasi mentereng di kawasan Asia. Dirinya pernah membesut Timnas Yordania dan berhasil membawa mereka hingga ke partai puncak Piala Asia dan menunjukkan kecakapannya dalam menghadapi kultur sepak bola di wilayah ini.
“Yordania di bawah kepemimpinannya mampu menunjukkan penampilan ‘kalah terhormat’ di final, dan keberadaan pelatih dari Timur Tengah menjadi semacam ‘vaksin’ untuk mengatasi intrik-intrik lawan dari kawasan tersebut,” ujar pengamat sepak bola, Bung Harpa.
“Ammouta juga memiliki nilai positif tambahan, pernah bekerja sama dengan Direktur Teknik PSSI saat ini, Alexander Zwiers. Kerja sama ini diharapkan dapat mempermudah negosiasi, terutama terkait masalah finansial,” tambahnya.
Dilansir dari kanal youtube Bung Harpa, Ammouta dinilai memiliki level keuangan yang sepadan dengan PSSI karena Yordania bukan negara Timur Tengah sekaya Qatar atau Saudi.
Sinergi ini akan mempermudah koordinasi teknis dan diharapkan PSSI dapat memanfaatkan networking yang dimiliki oleh Ketua Umum Erik Thohir untuk mendapatkan diskon dalam kontrak.
Selain itu, PSSI ditekankan untuk mengambil keputusan berdasarkan argumen, kecakapan dan korelasi yang jelas, bukan sekadar alasan mengada-ngada seperti kesamaan bahasa, budaya, atau kesediaan diwawancara saat hari libur.
Masyarakat Indonesia dianggap tidak bodoh dan mampu menilai, sehingga pilihan harus didasarkan pada kecakapan pelatih agar tidak jatuh ke lubang kegagalan yang sama untuk kedua kalinya.
Baca Juga:Lima Siswa SSB H Apud Cirebon Ikut Seleksi Elite Pro Academy U16Drama di Liga Inggris: Gol Maguire Bawa Manchester United Tumbangkan Liverpool, Gakpo Sial Tiga Kali Tembus Ti
Keputusan harus diambil berdasarkan fakta dan penilaian yang sesuai untuk membantu Timnas berprestasi di kompetisi yang akan datang. (net)