Hari demi hari, mobil kecil itu menjadi sumber kebahagiaan bagi anak-anak desa dan sumber penghidupan bagi keluarga Ade Rasta.
Ia mulai dikenal di sekitar kampung. Anak-anak memanggilnya “Pak Mobil”, sementara orang tua menyapanya dengan hormat karena keuletannya.
Dari satu mobil, kemudian dua, tiga, dan kini belasan mobil-mobilan listrik berjejer di rumahnya. Ada yang berbentuk jeep, sedan, Ferrari, bahkan mobil polisi mini.
Baca Juga:Kampung Lawas Idol 2025 Siap Digelar, Ajang Positif untuk Generasi Muda CirebonKONI Kota Cirebon Lepas Kontingen Tenis Meja untuk BK Porprov Jabar 2025
Pekerjaan Ade Rasta sederhana, tapi kuncinya ada pada satu hal: listrik. Tanpa listrik, semua mobil itu hanyalah mainan mati tanpa nyawa.
Setiap malam, setelah anak-anak tidur, Ade Rasta mencolokkan charger ke belasan baterai. Satu per satu ia isi hingga penuh agar keesokan harinya anak-anak bisa bermain lagi.
“Kalau nggak ada listrik, ya saya berhenti kerja. Anak-anak nggak bisa main, saya juga nggak bisa dapat penghasilan,” ujarnya pelan.
Listrik bagi Ade Rasta bukan sekadar sumber cahaya, tetapi denyut kehidupan. Dari listrik, baterai terisi.
Dari baterai, mobil-mobilan bergerak. Dari mobil-mobilan itulah keluarganya makan, anak-anaknya sekolah, dan cita-citanya tumbuh.
Kini, Ade Rasta bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga jenjang menengah. Ia juga mampu membangun rumah sederhana dari hasil menyewakan mobil-mobilan.
“Dulu saya cuma bisa nabung puluhan ribu. Sekarang bisa nabung lebih banyak, walau nggak besar, tapi cukup buat hidup,” katanya dengan mata berbinar.
Baca Juga:Teknologi T1P4K di Kecamatan Sumber Aktif Dalam Industrialisasi Pertanian melalui KMP TASKINUntag Cirebon Hadirkan Augmented Reality untuk Dorong Anak TK Aktif Bergerak di Ruang Terbatas
Energi listrik yang sampai ke desanya bukan lagi sekadar fasilitas, tapi penopang kedaulatan hidup.
Ia tidak bergantung pada pihak lain, tidak harus menunggu belas kasihan. Dengan listrik, ia berdaulat atas rezekinya sendiri.
Di rumah Ade Rasta, semua itu punya bentuk yang lebih sederhana. Lampu yang menyala di malam hari, charger yang mengisi baterai, suara tawa anak-anak yang menandai kehidupan yang lebih baik.
Bagi banyak warga desa, energi berdaulat berarti energi yang hadir tanpa harus menunggu. Listrik yang menyala berarti harapan hidup yang tumbuh.
Ade Rasta tidak perlu membeli genset mahal atau bergantung pada orang kota. Cukup dengan colokan listrik di rumahnya, ia mampu menciptakan pekerjaan, membuka senyum, dan menggerakkan ekonomi kecil.
