Alat Covid-19 Temuan Mahasiswa Masuk Tahap Validasi Sampel Virus

Alat Covid-19 Temuan Mahasiswa Masuk Tahap Validasi Sampel Virus
TERGULING: Truk Fuso bernopol G 1592 FG yang dikendarai Wahyudin terguling di pertigaan Tanjakan Dablu, Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Senin (8/6). M TAUFIK/RADAR KUNINGAN
0 Komentar

BANDUNG – Dua alat deteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, yang dikembangkan perguruan tinggi di Jawa Barat (Jabar), yakni Unpad dan ITB, sedang divalidasi ke sampel virus sebenarnya. Kedua alat itu adalah Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0, dan Surface Plasmon Resonance (SPR).
Koordinator Peneliti Rapid Test Covid-19 Unpad dari Fakultas MIPA, Muhammad Yusuf mengatakan, validasi ke sampel virus dilakukan setelah kedua alat tersebut tervalidasi di laboratorium.
“Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam validasi ini. Saat ini, formulasi dan uji CePAD di skala laboratorium terhadap protein virus, sudah menunjukkan hasil yang baik. Jadi bisa dilanjutkan ke validasi di lapangan” kata Yusuf, Kamis (18/6).
Yusuf menjelaskan, perbedaan Rapid Test 2.0 dengan rapid test yang umum digunakan saat ini adalah molekul yang dideteksi.
Rapid Test Covid-19 yang umum mendeteksi antibodi, dan Rapid Test 2.0 ini mendeteksi antigen. Sehingga, kata Yusuf, Rapid Test 2.0 dapat mendeteksi virus lebih cepat, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.
“Konsep deteksi antibodi maupun antigen, keduanya bagus dan berdasar pada teknologi yang benar. Deteksi antibodi saat ini keunggulannya pada sampling yang lebih mudah, yakni dari darah. Namun, deteksi antibodi pada Covid-19 lebih tepat untuk tracing, ingin tahu virus sudah menyebar di mana saja,” ucapnya.
“Deteksi antigen bisa digunakan untuk mengetahui penyebab orang sakit ketika sedang menunjukkan gejala seperti demam dan batuk. Jika orang baru terpapar virus beberapa hari, deteksi antibodi kemungkinan besar negatif atau nonreaktif karena antibodi terhadap virusnya belum terbentuk,” tambahnya.
Pihaknya bersama mitra industri sedang melengkapi fasilitas assembly rapid test dan produksi 5.000 kit pada Mei-Juni untuk keperluan validasi.
Setelah validasi menunjukkan hasil yang baik, pada Juli 2020, pihaknya akan produksi 10.000 kit, kemudian dilanjutkan 50.000 kit per bulan sesuai dengan kapasitas produksi mitra saat ini. Jika diperlukan lebih banyak, kata Yusuf, pihanya mengajak partisipasi berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut.
“Cara kerja Rapid Test 2.0 ini, sampel swab dicampurkan ke larutan khusus, kemudian diteteskan ke alatnya. Sama dengan rapid test yang sekarang, 10-15 menit hasilnya keluar. Selain swab nasofaring, kami juga sedang mengembangkan sampling dari air liur,” katanya.

0 Komentar