Beda dengan Ramadhan 3 Tahun Lalu, Penjualan Pakaian di Pasar Tegalgubug Lesu

pasar-tegalgubug
Pakaian muslim di Pasar Tegalgubug masih menumpuk karena sepi penjualan. Foto: Cecep Nacepi/Radarcirebon.id
0 Komentar

CIREBON, RADARCIREBON.ID -Pandemi Covid-19 mungkin sudah selesai. Tapi dampaknya masih dirasakan pedagang di Pasar Tegalgubug, Kecamatan Arjawinngun, Kabupaten Cirebon.

Meski ekonomi mulai pulih, tapi penjualan pakaian di Pasar Tegalgubug lesu jika dibandingkan dengan bulan Ramadhan tiga tahun yang lalu, sebelum pandemi Covid-19.

Kondisi penjualan di Pasar Tegalgubug pada Ramadhan tahun ini masih lesu diduga karena adanya kenaikan bahan baku jenis kain tiga kali berturut-turut.

Baca Juga:BEGAL Motor Bersenjata Api Takluk, 2 Pelaku Masih Diburu PolisiSIMAK Jadwal Samsat Keliling Cirebon Akhir Maret 2023, Ada di 12 Lokasi

Sebagai contoh, salah satu jenis kain yang awalnya harga kain dari  Rp 14 ribu per meter sekarang sudah naik menjadi Rp17 ribu per meter.

Dampak dari kenaikan Itu dirasakan oleh pedagang Pasar Sandang Tegalgubug. Ditambah lagi lesuh penjualan karena berbagai kendala.

“Selain naik harga kainnya, dampak BBM naik, pajak naik, dan dihantam banyak impor baju bekas yang dijual sangat dirasakan sekali oleh kami, pedagang kain di Pasar Tegalgubug,” kata pedagang Pasar Tegalgubug, H Zahrudien Malik yang biasa dipanggil Ki Demang ini.

Untuk mengatasi lesunya penjualan, Zahrudien berusaha keras untuk menarik minat pembeli dengan menyediakan berbagai macam model terbaru yang kekinian.

Namun, tetap saja daya beli masyarakat belum meningkat. Padahal, di bulan Ramadhan biasanya penjualan kain dan pakaian laku keras.

“Tiga tahun yang lalu, sebelum pandemi Covid-19 kita tidak ada stok. Selalu habis saat Ramadhan. Tapi tahun sekarang masi banyak stoknya,” tuturnya.

Selain pedagangnya, pekerja tekstil juga terdampak. Sepinya penjualan juga berpengaruh pada penghasilan mereka.

Baca Juga:Polresta Cirebon Taklukkan Perampok Minimarket Lintas Provinsi di BantenCATAT Jadwal SIM Keliling Cirebon di Awal Ramadhan; 27, 28, dan 29 Maret 2023 

Saat rampai penjualan, para pekerja bisa menjahit di atas 300 pakaian perhari dengan sistem borong atau sistem join.

Namun, saat ini, para pekerja hanya bisa menjahit 200 pakaian per hari. Itu pun menunggu stok habis terjual.

“Ya pengaruh juga sama penghasilan kami. Kalau stok habis, kita kan semangat. Sehari bisa dapat 300 lebih pakain dengan sistem join sama teman-teman, karena dikejar konsumen. Tapi kalau stok numpuk, kita paling dapat 200 pakaian per hari,” kata salah satu pekerja, Nana.

0 Komentar