Bisnis Kuliner Tergerus Pandemi

Bisnis Kuliner Tergerus Pandemi
Beberapa pengunjung di Superdog Cirebon, Minggu (20/9). Omzet usaha kuliner mulai membaik di masa AKB meski masih jauh dari normal. Foto: Apridista S Ramdhani/Radar Cirebon
0 Komentar

Meski kini telah memasuki AKB, pengunjungnya pun belum sebanyak biasanya. “Masih di angka 50 persen omzetnya, jauh sekali dari normalnya,” jelasnya.
Dari sisi pelanggan, biasanya banyak rombongan pariwisata yang mampir, kini hanya keluarga di dalam kota saja. Pihaknya pun berharap kondisi bisa segera normal. “Hanya keluarga dari dalam kota saja pengunjungnya, rombongan sekarang tidak ada,” tukasnya.
Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD), Arif Kurniawan tak menampik, belum normalnya bisnis kuliner berdampak signifikan pada pendapatan pajak restoran dan hotel. Realisasi saat ini masih terlalu jauh untuk memenuhi target.
Dengan realisasi di kisaran 60 persen, tentu sangat berat untuk mencapai 100 persen. Padahal, dua sektor ini sangat berkontribusi besar pada PAD Kota Cirebon. Dalam kondisi normal, kontribusinya bisa lebih dari 30 persen PAD Kota Cirebon.
“Pajak hotel dan restoran sepertinya berat. Kalaupun pariwisata membaik, maksimal sudah paling bagus di angka 90 persen,” tuturnya.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon, Wandi Sofyan mengungkapkan, di masa AKB sektor perhotelan dan wisata kuliner serta wisata belanja memang mengalami peningkatan tertinggi. Rata rata ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan hingga 60 persen dalam sebulan terakhir.
Namun, kondisinya memang belum normal. Di masa AKB, untuk kunjungan ke hotel, baik bintang maupun hotel melati tercatat sudah sekitar 171 ribu kunjungan. Sementara untuk kunjungan di rumah makan atau resto, jumlahnya adalah 74 ribu wisatawan.
Berdasarkan data DKOKP, volume pengunjung resto dan cafe sebelum dan setelah pandemi covid-19 memang sangat signifikan perbedaannya.
Pada triwulan pertama atau Januari-Maret, jumlah kunjungan ke resto dan kafe mencapai 55.518. Jumlah itu merupakan pendataan dari sampel 21 restoran.
Kemudian pada triwulan kedua atau April-Juni, jumlah pengunjung resto dan kafe hanya 17.50. Bahkan tak sampai separuhnya dari kondisi normal.
Sedangkan triwulan ketiga, hingga saat ini pendataannya masih belum rampung. Diperkirakan angka kunjungan memang ada perbaikan karena pemberlakuan AKB. Namun, belum dapat kembali ke kondisi normal. (apr)

0 Komentar