Bukan Untung Malah Buntung

proyek-trotoar-kota-cirebon
Pekerja di proyek revitalisasi trotoar Jl Siliwangi, Selasa (20/10). Sebelumnya, trotoar di kawasan ini termasuk dalam perbaikan infrastruktur yang dibiayai DAK Rp96 miliar. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Sayangnya, meski sudah menerima pembayaran masing-masing 72 persen untuk PT Mustika Mirah Makmur (M3) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), namun tak ada sepeserpun yang diteruskan kepada sub kontraktor maupun suplier.
Karenanya, harapan mereka hanya tinggal satu. Yakni menanti putusan di MA dan penyelesaian pembayaran Pemerintah Kota Cirebon ke PT Ratu Karya. Tentunya diharapkan perusahaan tersebut agar membayarkan kewajibannya kepada sub kontraktor dan suplier.
“Kami berharap janji Pak Kadis PUPR waktu rapat dengar pendapat di Komisi II DPRD, bisa dilaksanakan. Kami terus terang trauma, tahun lalu malah meleset dari harapan,” kata Makmuri.
Para kontraktor dan suplier ini mengaku kecolongan. Sebab, mereka tidak ada yang tahu pencairan dari dua perusahaan yang sudah inkrah dan menerima pembayaran. “Kita tidak dikasih tahu. Baru sadar pas udah dibayarkan,” ujarnya.
Meski demikian, pihaknya kali ini kembali menaruh kepercayaan terhadap pemerintah, dalam hal ini pihak internal dinas PUPR sudah berbicara dengan forum/paguyuban. Juga kepada walikota yang berjanji akan memperjuangkan rakyatnya.
“Kemarin saya dan perwakilan pengurus diundang oleh PUPR. Dari hasil pembicaraan tersebut, mereka mengaku siap memfasilitasi pertemuan. Mudah-mudahan omongan pejabat PUPR yang sekarang bisa dipegang,” tuturnya.
Dia menambahkan, bila dikomulatifkan nilai pekerjaan yang belum dibayar oleh tiga perusahaan kontraktor utama proyek DAK 96 tersebut mencapai Rp14 miliar.Terdiri dari 60-an orang yang menggelar kerjasama sub kontraktor, suplier material, maupun mandor tenaga pekerjanya.
Mereka rata-rata baru menerima 30 persen dari nilai pekerjaan yang disubkan. Misalnya, dia yang menjadi sub kontraktor trotoar Jalan di Pulasaren, Petratean, dan Tentara Pelajar, dari nilai pekerjaan yang dijanjikan Rp600 jutaan, baru dibayar sebagian kecil. Bahkan, untuk yang lain ada yang belum dibayar sama sekali.
“Kami juga tidak tutup mata, kalau seandainya tidak dibayarkan semua sesuai tagihan juga nggak apa-apa. Yang penting ada uang yang masuk. Kalau dibilang rugi sih pasti, tapi minimal jangan rugi banget,” ungkapnya.

0 Komentar