Covid-19 Ancam 4.600 UKM Bangkrut

TRAFIK-DATA-XL
CEK JARINGAN: (Plt) Chief Teknologi Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa (kiri) bersama Expert Service Operation XL Axiata, Hendrik (kanan) saat kunjungan ke pusat monitoring Customer Experience & Service Operation Center XL Axiata untuk memastikan kesiapan kondisi jaringan XL Axiata malam Idul Fitri 2020.
0 Komentar

KUNINGAN – Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagperin) Kuningan mencatat, dari 11.000 jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), baru 4.600 UMKM memberikan laporan. Jumlah UMKM tersebut, merasa terdampak coronavirus disease-2019 (Covid-19).
“Pendataan Tahun 2014/2015, UMKM Kuningan ada 11.000. Tapi hanya 4.600 UMKM aktif baru melapor ke kita, bahwa mereka terdampak Covid-19,” sebut Kepala Diskopdagperin Kuningan Ir H Bunbun Budhyaksa kepada Radar, Senin (1/6).
Laporan diberikan UMKM melalui pendataan online diskopdagperin. Tapi hasil verifikasi di dinas sosial, UMKM beridentitas valid, tidak rangkap dengan penerima lain jumlahnya ada 2.800 UMKM. Data jumlah tersebut, sudah diolah sesuai permintaan Kemenkop dan UMKM RI.
“Jumlah UMKM itu, sudah kita kirim juga ke ke Kementerian Perindustrian. Sedangkan Kementerian Perdagangan belum meminta. Kita kirim sebagai UMKM terdampak,” kata Bunbun.
Diakui, dalam kondisi Covid-19, tidak ada orang yang tidak terdampak. Semua terkena dampak. Dampak itu, sebagian besar negatif. Dampak bagi UKM setelah dilakukan kajian, peninjauan, rata-rata mereka berhenti berproduksi. Karena begitu mereka memaksakan berproduksi, mereka tidak bisa jual. Mereka kehilangan pasar.
Bunbun mencontohkan, ada satu produk yang UMKM biasa kirim ke Tanggerang dan Bekasi.  Sekarang, UKM itu tidak lagi bisa kirim karena pelanggannya, agen di kota-kota tersebut menolak. Karena mereka juga kehilangan orang. Orangnya diam di rumah. Tidak belanja. Daya beli menurun.
“Agen-agen di kota-kota tersebut, sama kehilangan pasar juga. Sehingga menolak pasokan dari UMKM Kuningan,” papar dia.
Kemudian saat Idul Fitri, UMKM yang memproduksi makanan seperti kue sebetulnya sudah membeli bahan baku. Tapi satu atau dua minggu sebelum Lebaran, mereka ragu-ragu berproduksi. Sehingga bahan baku yang ada, akhirnya masuk dapur pribadi. Dikonsumsi keluarga.
“Uang-uang yang biasa diputarkan buat usaha, akhirnya digunakan untuk konsumsi pribadi. Itu kondisi umum. Setelah komunikasi dengan para kepala dinas se Jabar, kondisinya relatif sama. Maka harus segera dicari solusi. Kita khawatir, kalau tidak ditangani, pasca Covid-19 mereka gulung tikar,” ungkap dia.
Bundun mengaku sudah koordinasi dengan Kemenkop dan UMKM, menawarkan tiga program sebagai solusi penyelamatan UMKM terdampak Covid-19. ”Tinggal dipilih, kira-kira program mana bisa masuk ke Kuningan,” ucapnya.

0 Komentar