RADARCIREBON.ID – Deretan menu masakan atau makanan di zaman dulu kala harganya sangat terjangkau atau murah meriah. Namun kemudian mengalami transformasi yang luar biasa bahkan menjadi simbol kemewahan.
Transformasi makanan-makanan ini menunjukkan sifat gastronomi yang dinamis. Hal itu dampak dari pergeseran ekonomi dan budaya yang mengubah bahan-bahan sehari-hari menjadi makanan lezat yang super mahal.
Dilansir dari antara, ini dia deretan enam menu mewah yang dahulunya murah dan berlimpah, seperti dilaporkan ChefSpencil beberapa waktu lalu.
1. Jamur ulat – dari bahan murah obat China hingga jamur termahal di dunia
Baca Juga: Ide Konten Kreator di Facebook Untuk Ibu Rumah Tangga. Berpenghasilan Hingga Belasan Juta
Meski terlihat menjihikan jamur ulat nyatanya menjadi obat termahal. Jamur ulat, juga dikenal sebagai Cordyceps sinensis atau “yartsa gunbu”, merupakan jamur unik yang menginfeksi ulat di alam liar.
Jamur yang tumbuh secara alami di dataran tinggi Tibet dan wilayah Himalaya Ini sangat dihargai dalam pengobatan tradisional Tiongkok selama berabad-abad karena manfaat kesehatannya, digunakan untuk mengobati kelelahan, penyakit ginjal, dan gairah seks yang rendah.
Jamur ulat relatif terjangkau di masa lalu, namun meningkatnya permintaan terhadap produk tersebut, kelangkaan dan kondisi pertumbuhan unik yang dibutuhkan jamur ulat, menjadikannya jamur yang dapat dimakan termahal di dunia. Ya, ini lebih mahal daripada truffle putih. Bahkan harganya mencapai ratusan juta rupiah per kilo gramnya.
2. Kaviar – dari suguhan murah hingga salah satu makanan termahal di dunia
Tiga ratus tahun yang lalu, kaviar memiliki reputasi yang sangat berbeda dibandingkan saat ini. Harganya sangat murah, sering disajikan sebagai pelengkap minuman gratis di bar, yang secara cerdik meningkatkan penjualan dan meningkatkan popularitasnya.
Faktanya, itu diekspor ke Eropa dari Amerika hanya dengan satu dolar AS (sekitar Rp15 ribu pada September 2023) per 450 gram. Namun, awal tahun 1900-an ikan sturgeon terancam punah akibat penangkapan ikan berlebihan dan dampak negatif revolusi industri.
Komentar