Dodol Garut Anti Stunting

Stunting
SULAP: Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil saat Sarling (Siaran Keliling) di Posyandu Asyifa dan Puskesmas Pasundan, Kabupaten Garut. FOTO: Biro Humas dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Jabar
0 Komentar

GARUT – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia
Praratya Ridwan Kamil, mengapresiasi ide dan kreativitas Puskesmas Pasundan di
Kampung Taringgul, Kelurahan Margawati, Kecamatan/Kabupaten Garut. Para pegiat
puskesmas menciptakan olahan makanan kekinian berbahan daun kelor. Menurut
Atalia, daun kelor khas nusantara mampu memenuhi gizi dan ampuh menekan angka stunting (kecebolan) pada anak.

Olahan dauh kelor made in Puskesmas Pasundan
dikerjasamakan dengan beberapa pengusaha dodol Garut dan pemilik merek Chocodot
dengan membuat dodol daun kelor serta cokelat daun kelor. Selain itu, ada pula
olahan baso aci daun kelor dengan target pasar anak dan remaja.

“Beberapa pengusaha seperti yang
kita kenal, ada dodol Garut dan Chocodot, mereka menghasilkan juga
produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan dan menurunkan angka stunting,” ujar Atalia saat Sarling
(Siaran Keliling) di Posyandu Asyifa dan Puskesmas Pasundan, Kabupaten Garut,
Rabu (11/3).

Baca Juga:Cegah Penyebaran Virus Corona, CFD Kuningan Dihentikan SementaraBus Khusus Nanti Ada di Cirebon

“Ini bagus sekali sebagai
inovasi. Mudah-mudahan betul-betul bisa menekan kaitannya dengan stunting,”  tambahnya.

Sanitarian Puskesmas Pasundan,
Meisya Dewi Rahayu menyebut, selain untuk menekan angka stunting, olahan daun kelor juga bertujuan mengurangi angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di
wilayah kerja Puskesmas Pasundan.

Masuk akal jika Puskesmas
Pasundan menjadikan remaja putri sebagai sasaran utama. Hal itu mengingat
pentingnya mempersiapkan para remaja ini sebelum menjadi ibu.

“Daun kelor itu memiliki
kandungan Fe (zat besi) tinggi. Alasannya, AKI dan AKB di wilayah kerja
puskesmas kami masih tinggi. Jadi, kita ‘tembaknya’ remaja putri. Remaja putri kan calon ibu hamil, jadi harus
dipersiapkan dari awal, mulai dari makanan yang bernutrisi,” tutur Meisya.

Puskesmas Pasundan menggagas
gerakan yang dicetuskan bernama Gadis Pasundan, kependekan dari Gerakan
Antisipasi Defisiensi Zat Besi. Gadis Pasundan menggerakkan berbagai stake holder, mulai dari kader,
masyarakat, maupun sektor industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Pasundan.

“Kelornya dari masyarakat yang
ada di sekitar, industri yang mengolah, kita punya idenya, kita punya gerakannya.
Jadi kita berkolaborasi, berkoordinasi menjadi satu inovasi,” ujar Meisya.

0 Komentar