Grebeg Syawal, Covid-19 dan Doa Pengusir Wabah

grebeg-syawal-gunung-jati-cirebon
Pelaksanaan tradisi Grebeg Syawal di Komplek Makam Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Minggu (31/5/2020). Foto: Andri Wiguna/Radar Cirebon
0 Komentar

Pada pukul 06.00 WIB gusti Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin beserta keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman berangkat dari Pendopo Djinem Keraton Kanoman dan diperkirakan sampai di Astana Gunung Sembung sekitar pukul 07.00 Wib.
Sesampainya di Astana Gunung Sembung, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin memasuki Kori (pintu) Gapura yakni pintu pertama yang ada di dekat alun-alun dan Kori (pintu) Krapyak.
Kedua Kori tersebut, merupakan pintu gerbang dari pintu-pintu yang akan dilalui Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin beserta segenap keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman, lalu kemudian memasuki pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.
Ke tujuh pintu itu antara lain: pintu Pasujudan, yakni pintu yang biasa para peziarah umum berdoa dan bertawasul, kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang ke 9 yakni pintu Teratai, menuju ruangan dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga)
Di ruangan dalam pesarean kanjeng Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin bersama keluarga dan kerabat kesultanan melakukan tahlil, dzikir serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem.
Di dalam Gedung Jinem terdapat makam Kanjeng Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah) yang berdampingan dengan makam ibundanya (Ratu Mas Rarasantang atau Nyai Mas Panatagama Syarifah Mudaim) dan makam para leluhur yang selama ini, dikenal sebagai tokoh Cirebon.
Di antaranya, Pangeran Cakrabuana (kakak Ratu Mas Rarasantang), Fatahillah (menantu Kanjeng Sunan), Pangeran Pasarean (Putera Mahkota Kanjeng Sunan Gunung Jati), Pangeran Dipati Carbon, Pangeran Brata Kelana, Syarifah Mudaim, Nyi Mas Tepasari, Puteri Ong Tien Nio dan tokoh-tokoh yang lain.
Setelah itu, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin kemudian melanjutkan tahlil, dzikir dan berdoa di makam Panembahan Ratu I (Cicit Kanjeng Sunan) dan makam Sultan-Sultan Cirebon. Lalu kemudian istirahat sejenak di Balai Laras Atau Lunjuk.
Kemudian Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin dengan diikuti keluarga serta rombongan peziarah, keluar dari Mergu—lokasi pemakaman yang biasa digunakan warga Tionghoa berziarah dan berdoa sebagai bagian dari penghormatan terhadap Puteri Ong Tien Nio.

0 Komentar