Kekeringan Tak Separah Tahun Lalu

kekeringan-argasunya
Salah satu daerah aliran sungai yang melewati Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Kawasan selatan Kota Cirebon rawan mengalami kekeringan di musim kemarau. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Tiap musim kemarau, ada sejumlah wilayah di Kota Cirebon kerap menjadi langganan kekeringan. Tapi tahun ini, jumlah wilayah yang terdampak krisis air bersih kemungkinan akan berkurang.
Pasalnya, tahun ini, tidak ada potensi terjadinya fenomena el nino yang membuat musim kemarau menjadi lebih panjang.
Salah satu daerah yang rawan terjadinya kekeringan adalah daerah Kopi Luhur dan Cadasngampar serta Cibogo di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Selain itu, dibangunnya beberapa fasilitas pemanfaatan sumber air juga dinilai akan membantu mengurangi dampak kekeringan.
Warga RW 08 Kopi Luhur, Saidi mengatakan, setiap kali musim kemarau di wilayahnya hampir selalu mengalami kekeringan. Namun tahun ini, dampaknya bisa berkurang karena hingga pertengahan tahun, wilayah tersebut masih diguyur hujan. Sehingga debit air masih terjaga hingga kini.
Bantuan air dari sejumlah instansi juga silih berganti datang. Minimal sepekan 2 kali, Perumda Air Minum dan instansi lainnya melakukan dropping air ke titik rawan kekeringan.
“Kalau tahun lalu dari bulan 4 sudah tidak ada hujan. Jadi bulan 6, bulan 7 airnya tinggal sedikit. Kalau sekarang alhamdulillah masih aman,” ujar Saidi, kepada Radar Cirebon. Minggu (9/8).
Selain itu, berdasarkan pantauan di sejumlah sumur dan mata air yang berada di wilayah Cadasngampar, permukaan air terlihat masih cukup tinggi. Kondisi juga tak terlalu buruk. Warga masih memanfaatkanya untuk keperluan mandi dan mencuci.
Sementara itu, di fasilitas umum seperti masjid, air juga masih tersedia. Pengeboran sumur artesis sejak akhir tahun lalu, kini manfaatnya sudah dirasakan oleh warga. “Biasanya yang paling pentingkan di masjid. Tapi sekarang agak bagus karena ada sumur,” lanjutnya.
Saidi sendiri mengaku memanfaatkan air dari saluran mata air yang berasal dari Kondang Sari. Saluran air tersebut dibangun oleh donatur. Namun tak semua warga yang mendapatkanya. Selain itu, untuk memanfaatkan saluran itu juga ada jatah giliran. Sehingga warga ia tak bisa memanfaatkanya setiap saat.
Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kota Cirebon, Ir Agung Sedijono mengatakan, meski penanganan bencana masih difokuskan untuk penanganan Covid-19, namun untuk masalah kekeringan juga tetap akan mendapatkan perhatian.

0 Komentar