Kelangkaan Pupuk Subsidi Meluas

Kelangkaan Pupuk Subsidi Meluas
lustrasi pupuk bersubsidi. (Foto:bumn.go.id)
0 Komentar

 
PATROL-Kelangkaan pupuk urea bersubsidi tidak hanya dirasakan petani di Kecamatan Anjatan. Ketiadaan stok urea bersubsidi juga merembet di Kecamatan Patrol.
Bahkan, kelangkaan ini memicu petani disana berbuat nekat. Mereka mendatangi kios-kios pupuk dan berniat membelinya secara paksa. Sayangnya, upaya petani tak berbuah hasil. “Semua kios kosong, pupuk urea subsidi tidak tersedia,” ungkap petani asal Desa Kecamatan Patrol, Sukandi kepada Radar, Selasa (18/8).
Petani kesal karena pupuk urea bersubsidi tidak tersedia di semua kios. Padahal tanaman sudah waktunya dipupuk.
Demi mendapatkan pupuk, sebagian petani terpaksa mencarinya sampai keluar kabupaten. Membeli pupuk subsidi meski harganya sangat mencekik petani. Tembus Rp300 ribu per kuintal.
Padahal, sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), pupuk urea subsidi dijual Rp180 ribu sekuintal. Ini terpaksa dilakukan karena tanaman padi mereka yang berumur 10 hingga 20 hari belum dipupuk.
Petani lainnya, Sukandi, sampai harus merogoh kocek mereka untuk membeli pupuk nonsubsidi. Yang harganya Rp600 ribu per kuintal. Tapi tidak beli sekaligus sekuintal, melainkan eceran. Sesuai isi kantong mereka.
Kondisi ini ditakutkan tidak bisa berlangsung lama karena disparitas harga pupuk nonsubsidi yang berbeda jauh dengan subsidi. “Lemahnya daya beli masyarakat petani di tengah pandemi Covid-19 juga berpotensi akan menurunkan penggunaan pupuk untuk mendukung produktivitas tanaman pangan,” jelasnya.
Sukandi yang juga Ketua KTNA Kecamatan Patrol ini menyebutkan, luas lahan sawah yang belum dipupuk mencapai 2.500 hektare. Tersebar di 5 desa. Yaitu Desa Patrol, Sukahaji, Bugel, Arjasari dan Limpas. “Di lima desa itu saat ini waktunya bersamaan pemupukan pertama. Pupuk urea subsidinya gak ada. Nangis petani, bisa terjadi gagal panen,” katanya.
Menurut Sukandi, seharusnya pemerintah memberi penguman terkait kondisi yang terjadi sekarang ini. Sehingga tidak membingungkan petani maupun kios pupuk. “Sekarang ini, petani bertanya-tanya mengenai penyebab pupuk urea bersubsidi hilang di pasaran. Tapi, jangankan membantu petani, pemerintah mengumumkan penyebab kelangkaan pupuk saja tidak dilakukan,” katanya ketus.
Sementara itu di Kecamatan Anjatan, kelangkaan pupuk urea subsidi juga masih terus berlangsung. Kendati berbagai upaya telah dilakukan. Termasuk mengajukan permohonan resmi kepada Dinas Pertanian agar kuota pupuk subsidi ditambah.

0 Komentar