Kemarau, Waspada Kekeringan di Wilayah Selatan

kekeringan-argasunya
Warga mengambil air dari sungai untuk keperluan pekerjaan bangunan di Sumurwuni, Kelurahan Argasunya, Rabu (5/8). Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan prediksi bahwa Agustus akan menjadi puncak kemarau khususnya di wilayah Jawa Barat.
Di wilayah Kota Cirebon, ancaman kekeringan mengintai sejumlah daerah terutama di wilayah selatan. Yang setiap tahunnya mengalami kekurangan air bersih.
Di wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti sedikitnya terdapat 8 RW yang musim kemarau tahun lalu mengalami kekurangan air bersih. Kemudian satu RW di Kelurahan Kalijaga karena air tanah menyusut volumenya.
Sedikitnya terdapat 265 kepala keluarga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut, dengan kebutuhan air paling tidak 78.900 liter per hari.
Wilayah Argasunya paling rentan kekeringan karena minimnya sumber air bersih yang dapat digunakan. Saat ini, aliran sungai di kawasan tersebut memang masih dapat digunakan. Namun pada puncak kemarau biasanya tidak lagi.
Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD), Ir Agung Sedijono mengatakan, terkait bencana kekeringan Pemerintah Provinsi Jawa Barat memang belum membuat surat status siaga kekeringan kepada kota dan kabupaten Se-Jawa Barat.
Mengenai kekeringan di wilayah selatan, seperti sudah menjadi siklus tahunan. Berdasarkan catatan peristiwa yang kerap terjadi, sepanjang kemarau bencana yang kerap terjadi adalah kekurangan air bersih, kebakaran dan pohon tumbang.
KPBD sudah melakukan antisipasi menjelang musim  kemarau, termasuk titik kekeringan yang setiap tahun terjadi. Khususnya di Kelurahan Argasunya. Pihaknya menyiapkan personel untuk mendistribusikan air bersih.
Lurah Argasunya, Whisynu Zakiantar Erlanggan SE menginginkan adanya bendungan untuk mengantisipasti krisis air. Pasalnya, wilayah Argasunya memiliki kontur tanah perbukitan dan berbatu. Sehingga saat musim kemarau, wilayah tersebut menjadi wilayah yang paling terdampak.
Dengan adanya penampungan mata air, akan sangat membantu masyarakat yang daerahnya menjadi langganan kekeringan.
Keberadaan penampungan air juga menurutnya harus diperbanyak. Bila perlu, setiap RW memiliki masing-masing.
Mata air di wilayah Cibogo dan Kedung Krisik Selatan misalnya. Di wilayah tersbut sudah layak dibuatkan bendungan untuk penampungan. Sebab, airnya cukup bagus dan jernih. Sehingga perlu dimanfaatkan dengan benar.
Ia berharap pada tahun 2021, sudah ada pembangunan mata air. Supaya saat musim kemarau, tidak lagi minta kiriman air ke Perumda Air Minum Tirta Giri Nata. Tetapi mengambil air dari mata air yang ada di sekitar Argasunya saja. (abd)

0 Komentar