Kenakalan Remaja Cirebon; Memahami Psikologis dan Faktor di Baliknya

Kenakalan Remaja Cirebon; Memahami Psikologis dan Faktor di Baliknya
0 Komentar

Rini menyebut, kebanyakan dari organisasi motor mayoritas membentuk kelompok atas inisiatif sendiri. Tidak ada yang membimbing. Itu, yang membuat mereka tidak bisa mengontrol prilaku. “Karena kontrol diri itu penting banget,” cakapnya.
Lalu terkadang hukuman tak membuat jera. Seperti jika ada salah satu rekan yang pernah diamankan polisi, rekan lain tak mampu mengambil pelajaran. Kembali mengulang perbuatannya itu. Tak bisa belajar dari kesalahan teman kelompoknya. Beberapa justru merasa bangga.
Menurut Rini, itu disebabkan karena di dalam kelompok tersebut tidak ada sosok yang dianggap dewasa. Figur yang mampu menasehati dan membimbing agar tidak melakukan hal negatif. “Di satu sisi masih anak-anak dan memerlukan jati diri untuk dianggap sebagai seseorang,” lanjutnya.
Sehingga peran leader atau pimpinan organisasi dirasa memiliki pengaruh besar. Untuk membimbing atau mengarahkan anggotanya. Ketika ada masalah. Karena dia satu-satunya orang yang dipercaya. Didengar pendapatnya. “Kebanyakan dari mereka (remaja, red) lebih takut terhadap aturan pemimpin kelompok mereka,” katanya.
Sehingga jika terjadi suatu masalah, saran Rini, kelompok atau leader itu yang bertanggungjawab. Pasang badan paling depan. “Leader kelompok yang harus didekati. Diberikan edukasi,” ungkapnya. Karena eksistensi remaja yang tergabung organisasi tertentu untuk bisa diakui sesuai ambisi, sambungnya, terasa efektif jika itu melalui pimpinan kelompok tersebut. “Jadi yang dicari sama mereka itu eksistensi untuk bisa diterima di organisasi. Bisa diterima dalam kelompok sebagai seseorang yang hebat dan luar biasa. Makanya bisa sampai berani dan nekat,” tukasnya.
Sanksi yang berlaku sejauh ini dianggap sudah cukup. Lebih terasa bermakna, berkesan dan efektif, katanya, adalah sanksi melalui pendekatan untuk menyadarkan kalau segala yang diperbuat akan berpengaruuh terhadap masa depan. Perbuatan buruk akan berdampak buruk. Juga sebaliknya. “Memberikan sanksi yang menyadarkan, kalau itu dilakukan akan berpengaruh ke masa depan yang tidak menyenangkan. Cara kedua adalah dengan menyelesaikan konflik diri anak tersebut,” terangnya.
Dilakukan agar remaja menjadi lebih mampu mengontrol diri. Terhadap segala sesuatu yang berimbas negatif. Sugesti terhadap anak, imbuhnya, paling mudah dilakukan orang tua. Tapi terkadang justru si anak menjauh karena menganggap orang tua itu adalah musuh.

0 Komentar