Keraton: Ritual Inti Muludan Tetap Digelar

ritual-muludan-kasepuhan
Pelaksanaan panjang jimat di Keraton Kasepuhan tahun lalu. Gugus Tugas Covid-19 Kota Cirebon meminta keraton untuk tidak membuka pasar dadakan muludan. Sehubungan kasus covid-19 yang terus meningkat. Foto Dokumen: Ade Gustiana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Internal Keraton Kasepuhan masih membahas teknis pelaksanaan peringatan muludan di masa pandemi. Baik itu pelaksanaan tradisi ritual pokok, maupun tradisi pasar dadakan yang biasanya berlangsung beberapa minggu lamanya.
Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan, Ratu Alexandra Wiryaningrat menjelaskan, tadinya pihaknya hendak meminta rekomendasi ke gugus tugas protokol kesehatan. Kalau tetap bisa diperbolehkan tradisi pedagang musiman.
Namun, dia baru membaca informasi dari surat kabar bahwa gugus tugas tidak menyarankan untuk digelarnya acara tradisi pedagang musiman ini.
“Tadinya sudah disusun skemanya. Kan alun-alun ada di tengah, pintu masuknya dari Kasepuhan, Gereja Advent, Jagasatru. Tapi kata gugus tugas, potensinya tetap bisa menjadi tempat berkerumun yang tidak bisa dihindari,” ujarnya usai mengikuti  rapat bersama Sekda dan jajaran Gugus Tugas  Covid-19 di Ruang Adipura, Kamis (17/9).
Untuk tetap akan digelar atau tidaknya pelaksanaan pasar dadakan yang biasanya berlangsung dalam jangka waktu 2-3 minggu ini. Pihaknya belum melihat sinyal lampu hijau tersebut dari pemkot, muspida, maupun gugus tugas.
“Dari gugus tugas sepertinya tidak diizinkan. Karena tren kasus corona sedang meningkat. Nanti kita bicarakan di internal. Karena itu kan tradisi masyarakat yang sudah bertahun-tahun,” ujarnya.
Namun, kata dia, untuk tradisi ritual inti pada muludan tidak bisa dihilangkan. Utamanya ritual buka bekasam, cuci piring lima, dan lain sebagainya. Bahkan dalam satu minggu sebelum puncak, ada tradisi bikin makanan dan minuman untuk puncak peringatan tradisi muludan, yakni Panjang Jimat.
“Tradisi ritual inti tetap kita gelar. Tapi mungkin pelaksanaannya disesuaikan dengan protokol kesehatan covid-19,” ujar Alexandra.
Meski demikian, pelaksanaan rangkaian acara peringatan muludan yang biasanya sudah dipersiapkan sejak beberapa minggu menjelang 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah, belum dibicarakan dengan sultan Sepuh XV dan family, tentang kegiatan tradisi ritual pokok ini. (azs/abd)

0 Komentar