Kluster Keluarga Mengancam!

kepala-dinas-kesehatan-kota-cirebon
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr Edy Sugiarto. Foto: Azis Muhtarom/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Penyebaran kasus Covid-19 di kalangan keluarga, menempati posisi tertinggi di Kota Cirebon. Dari total 250 kemunculan kasus, 116 orang atau 46,4 persen di antaranya masuk kategori kluster keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr H Edy Sugiarto MKes menjelaskan, dari total 250 kemunculan kasus konfirmasi positif Kota Cirebon sejak pandemi hingga 30 September, 116 orang terpapar karena penularan di dalam rumah atau keluarga.
Dinas Kesehatan Kota Cirebon mencatat, kategori kluster penularan Covid-19 yang paling tinggi berikutnya adalah kluster pelaku perjalanan yang mencapai 68 orang atau 27,2 persen.
Disusul kluster perkantoran 43 orang atau 17,2 persen, kluster fasilitas kesehatan (faskes) 19 orang atau 7,60 persen, kluster pasar tradisional 2 orang atau 0,8 persen, dan kluster pabrik serta kegiatan keagamaan masing-masing 1 orang atau 0,4 persen.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Cirebon, Tri Mulyaningsih MKM menjelaskan, tingginya angka kemunculan kasus konfirmasi positif Covid-19 di kluster keluarga, disebabkan beberapa hal.
Misalnya, yang pertama suspek atau kasus konfirmasi tanpa gejala adalah kepala keluarganya yang habis melakukan perjalanan ke luar kota. Kemudian, pulang ke rumah berkumpul dengan keluarganya. Dan baru ketahuan terkonfirmasi positif beberapa hari kemudian, ketika merasakan gejala dan ditesting PCR.
“Setelah ketahuan positif, keluarganya di rumah ditracing, dan ikut ditesting juga, lalu hasilnya ikut positif juga,” ujarnya.
Mestinya, ketika habis bepergian ke luar kota, apalagi ke daerah episentrum, ada tahapan karantina mandiri. Tidak langsung kumpul dengan keluarganya. Apalagi, pelaku perjalanan tersebut merasakan gejala-gejala yang identik dengan suspek Covid-19, harus segera konsultasi ke dokter atau puskesmas setempat. Kemudian dilakukan testing swab test/PCR.
“Memang idealnya, ketika pelaku perjalanan merasa gejala, karantina mandiri dulu. Langsung ke dokter atau puskesmas. Lebih bagus lagi, kalau punya kesadaran testing mandiri di fasilitas kesehatan yang punya kompetensi mengetes swab dan PCR,” tuturnya sembari mengakui, kluster keluarga ini menjadi ancaman yang sangat serius.
Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia-PDP Erlang Samoedra menjelaskan kluster keluarga ini sangat membahayakan.
“Yang membahayakan adalah kita membawa virus ke dalam rumah dan di situ ada kelompok rentan di dalam keluarga seperti orang tua, anak-anak, bayi, dan balita,” ujarnya.

0 Komentar