Menanti KBM Tatap Muka di Sekolah

Kepala-Disdikbud-H-Uca-Sumantri
DISKUSI: Kepala Disdikbud Kuningan H Uca Sumantri (kedua dari kiri) didampingi Kabid PAUD dan Dikmas Elon Carlan, berdiskusi dengan belasan jurnalis terkait rencana pembelajaran tatap muka di sekolah, kemarin. FOTO : MUMUH MUHYIDDIN/RADAR KUNINGAN
0 Komentar

KUNINGAN – Sistem pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19 ini, dikeluhkan banyak orang tua siswa. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kuningan pun mencari langkah lain. Ada sinyal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di sekolah akan segera diterapkan kembali. Dengan catatan, secara ketat menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Hal itu terungkap dalam agenda diskusi Kepala Disdikbud Kuningan Drs H Uca Somantri MSi didampingi Kabid PAUD dan Dikmas Elon Carlan di Aula Disdikbud Kuningan, Jumat pagi (24/7).
Diakui Uca, sejak pembelajaran sekolah secara daring dari rumah akibat pandemi Covid-19, sistem tersebut tidak mengenakkan. Berharap Covid-19 akan selesai pasca Idul Fitri 1441 H, namun ternyata bukannya berkurang, kasus paparan virus corona justru meningkat. Tahun ajaran baru tetap 13 Juli, tapi pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, ada yang tidak sepadan dengan apa yang sudah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Bahkan cukup banyak orang tua siswa yang mengeluh, karena hampir selama empat bulan anak-anak tinggal di rumah.
“Anak susah diatur, susah disuruh, belajar juga susah. Sehingga ada orang tua memformulasikan kontak dengan gurunya. Ini yang terjadi di lapangan,” ucap Uca.
Menurut Uca, pembelajaran jarak jauh sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka di sekolah. Terlebih untuk pembelajaran jarak jauh banyak ditemukan kendala, terutama sarana dan prasarana (sarpras). Sinyalnya, kuotanya, dan lain-lainnya tidak memadai. Misalnya, di Situgede susah sinyal, harus ke gunung untuk mencari sinyal. Di kota sinyalnya ada, tapi ada orang tua yang tidak mempunyai android. Sehingga pihaknya sejak awal menegaskan kepada satuan pendidikan untuk memetakan pembelajaran jarak jauh.
Untuk Kabupaten Kuningan sendiri, sekitar 71 persen pembelajaran bisa dilakukan secara daring. Sementara sisanya variatif, karena sinyal android tidak stabil. Solusinya pembelajaran dilakukan dengan berbagai cara. Melalui kerja sama dengan Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL), yang disiarkan dari pagi sampai sore. Di pusat juga kerja sama dengan TVRI. Hanya sinyalnya kurang bagus, berbeda dengan radio.
Ia kembali membeberkan, tahun ajaran baru yang dimulai 13 Juli sesuai keputusan mendikbud menggunakan pembelajaran jarak jauh. Pihaknya sempat menyiapkan formulasi tatap muka dengan meminta sekolah menyiapkan sarpras berkaitan dengan protokol kesehatan. Seperti alat pengukur suhu, alat cuci tangan, tetap jaga jarak, pakai masker, dan tidak boleh ada kerumunan. Siswa juga harus dimonitor sejak berangkat sampai pulang sekolah.

0 Komentar