Menolak karena Takut Pasar Ditutup

0 Komentar

RAPID test masal di Pasar Jagasatru sempat batal. Kabarnya, pedagang, suplier dan mereka yang beraktivitas di pasar khawatir ada yang reaktif. Yang kemudian berujung pada kebijakan penutupan pasar sementara.
Kendati demikian, beberapa pedagang dan supplier di Pasar Induk Jagasatru (PIJ) sebenarnya mengaku siap dengan tes masal. Salah satu pedagang, Erti mengaku tak keberatan. “Bagus. Justru kalau kita yang tes sendiri kan biayanya mahal,” kata pedagang asal Desa Citemu, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, kepada Radar Cirebon, Minggu (14/6).
Dirinya mengaku tak terlalu takut dengan dilaksanakanya rapid test. Namun ia tak menampik ada beberapa pedagang yang menolak diadakannya rapid test. Mereka mengaku belum siap dan ada ketakutan nantinya pasar ditutup.
“Ya kalau kita yang dibilang umurnya masih muda sih tidak apa apa rapid test digelar. Malah senang sekali. Supaya kita juga tahu kita sehat apa nggak. Yang menolak kebanyak yang sudah tua. Mungkin takut kalau hasilnya reaktif,” bebernya.
Dirinya juga tak menampik ada kekhawatiran dengan hasil reaktif rapid test, dan berdampak terhadap operasional pasar. Pasalnya hanya di situ tempatnya mencari nafkah. “Ya pengenya sih kalau ada yang positif itu orangnya saja yang diambil. Terus dikarantina. Nggak usah pasarnya yang ditutup,” jelasnya.
Pedagang lainya juga mengaku ada kekhawatiran operasional pasar terganggu. “Tidak usah lah. Biarkan saja. Toh kalau urusan umur sudah ada yang mengatur,” kata seorang pedagang yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, Kepala Pasar Jagasatru, Sugandi mengatakan, penolakan dilakukanya rapid test itu berasal dari para pedagang. Pihaknya sendiri hanya menyampaikan keluhan pedagang itu kepada pihak Direksi Perumda Pasar.
“Yang menolak itu pedagang. Kalau kita hanya menyampaikan saja kekhawatiran mereka,” ungkapnya Gandi.
Menurut Gandi, pedagang juga mengancam akan tutup atau menghindar bila rapid test tetap dilakukan. Bahkan banyak juga yang tidak bisa membedakan tes cepat dengan swab. “Pedagangnya pada ketakutan. Mereka takut nanti hidungnya digimanain gitu. Itu sih kata para pedagang. Mereka juga akan mengancam mereka tidak pada jualan kalau rapid test dilaksanakan,”pungkasnya. (awr)

0 Komentar