Menunggu Magrib di Rel KA

Menunggu Magrib di Rel KA
0 Komentar

Sambil memastikan benar-benar aman –tak ada lagi kerumunan. “Harus dibubarkan karena bahaya. Kami khawatir kejadian (sesuatu yang tidak diinginkan, red) saat mereka asyik bercanda sambil ngabuburit di situ,” tegas Kapolsek Kaliwedi AKP Ahmad Nasori.
“Polisi pergi, anak-anak datang lagi (bermain di sekitar rel, red). Jadi memang susah diperingatkan. Karena sudah bertahun-tahun. Tapi alhamdulillah, jarang ada yang kecelakaan. Paling ada (kecelakaan, red) dulu. Sekitar 10 tahun lalu,” ungkap warga Prajawinangun Kulon saat menemani dua orang cucunya ngabuburit, kemarin. Dia adalah Tabroni.
Tak jauh dari rel, masih di jalan penghubung 2 desa itu: Jl Ki Gesang, berderet jajanan kaki lima. Ada yang jual takjil. Sampai usaha odong-odong dijajakan. Selalu ramai. Juga banyak parkir kendaraan roda dua milik para orang tua yang lebih memilih ngadem di sekitar rel. Sambil gelar klasa di bawah pohon rindang.
Jajanan hingga hiburan bukan penyebab ramainya lokasi sekitar. Tapi karena memang sudah ramai, sehingga mengundang para pedagang itu. Berkah bagi mereka. Omong-omong masih dalam situasi pandemi, juga segelintir yang menerapkan protokol kesehatan. Minimal masker. Apalagi jaga jarak. Dilupakan.
Orang seperti Tabroni lebih setuju jika lokasi tersebut baiknya diawasi oleh petugas. Karena jika dilarang toh sudah terbukti bar-bar. Hanya manut ketika ada petugas. Jika tidak ada, lanjut saja karena tak ada yang memarahi. Ketika kereta akan datang, cenderung sunyi.
Tak ada alarm peringatan apapun. Beberapa masinis tak membunyikan klakson. Justru peringatan dari orang-orang sekitar yang membuat jantung waswas. Sorot lampu kereta dan insting para orang tua di lokasi yang dijadikan alarm bocah-bocah kecil untuk minggir. “Kereta lewat woy, minggir dikit (kereta lewat, minggir dulu, red),” kata salah seorang orang tua yang ada dekat rel kemarin.
Alarm dari mulut itu secara spontan estafet. Saling meneruskan antar satu dengan yang lain. Otomatis semua minggir. Meski saat kereta lewat ya mereka biasa saja. Bahkan berdiri tak jauh dari kereta yang melintas itu. Jaraknya sekitar 1 meter. Hempasan badan kendaraan yang panjang itu begitu terasa. Sebagian anak juga ada yang dadah-dadah. “Itu hiburannya. Kereta lewat yang membuat mereka betah di sini,” terang Abdul Hakim (43) warga setempat.

0 Komentar