Miris, Pusat Kuliner Pasar Batik Kumuh

Miris, Pusat Kuliner Pasar Batik Kumuh
TIDAK TERURUS. Pusat kuliner pasar batik dibiarkan tidak terurus dan terlihat kumuh. Tampak di gapura pasar dipenuhi jemuran warga, kemarin. FOTO : SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON
0 Komentar

 
SUMBER-Pemerintah Kabupaten Cirebon banyak membuang anggaran. Pembangunan, pusat kuliner pasar batik misalnya. Tidak dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi bangunannya tidak terurus. kumuh. Ruko-roko pun banyak tidak terisi.
Padahal, konsep awal pasar batik dan pusat kuliner makanan khas Cirebon itu diharapkan mampu menarik para wisatawan. Pun geliat ekonominya. Sayangnya, semua itu tak sesuai ekspektasi.
Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Anthony Syaufa SSos MSi menjelaskan, dalam waktu dekat ini, pihaknya akan membahas terkait kelangsungan pasar batik. Termasuk di dalamnya, pusat kuliner.
“Sudah dibicarakan. Dalam waktu dekat ini, kita akan ada pertemuan,” kata Anthony kepada Radar Cirebon, kemarin.
Menurutnya, pasar batik sudah mulai ramai dengan masuknya makanan khas Cirebon, empal gentong milik H Apud. Dan sejumlah kuliner lainnya. Fasilitas kuliner yang diberikan pemerintah daerah itu salah satunya untuk meramaikan pasar batik. “Memang belum maksimal. Karena kemarin sempat terhambat oleh adanya pandemi. Kini, kasusnya mulai mereda. Diharapkan geliat perekonomian dan kuliner terangkat,” terangnya.
Pihaknya sudah memiliki peta, langkah apa yang akan dilakukan kedepannya, setelah Covid-19. Salah satunya, sudah melakukan komunikasi dengan pegiat pariwisata. Ada komitmen dengan pemerintah daerah, akan bersama-sama meramaikan pasar batik.
“Sebelum pandemi memang sudah dilakukan berbagai upaya. Baik melalui event ataupun kegiatan lainnya. Hanya saja, masih belum mengangkat. Ditambah setelah itu, muncul gempuran Covid-19. Artinya, bukan Disperindag tak berupaya,” katanya.
Ia berharap, setelah pandemi ini, geliatnya akan tumbuh. Dan optimis, kedepan akan lebih baik lagi.
Sementara itu, Ketua Lembaga Studi (Lesda) Cirebon, Abdurohim mengatakan, keberadaan pusat kuliner pasar batik perlu dievaluasi. Disperindag harus bertanggungjawab. Memanfaatkan aset yang sudah diberikan.
“Manfaatkan dan ramaikan, jangan hanya berlindung dengan adanya pandemi, seolah membenarkan adanya pembiaran. Faktanya, sebelum pandemi pun, pasar batik sudah dibuka. Tapi, geliatnya tidak maksimal,” ucapnya.
Ia pun meminta agar DPRD Kabupaten Cirebon segera memanggil Disperindag, untuk diminta penjelasannya. Harusnya aset tersebut bisa mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Kalau begini terus, bagaimana bisa memberikan PAD. Yang ada malah rugi. Saya minta DPRD segera memanggil Disperindag,” pungkasnya. (sam)

0 Komentar