Mitos Desa Slangit yang Tak Boleh Jual Nasi

mitos-desa-slangit
Khaeruni menawarkan nasi secara gratis. Ia percaya mitos, kalau akan ketimpa sial bagi yang menjual nasi putih. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Rupanya pernah ada kasus di desa itu –kurang dari lima tahun lalu. Tanpa ada yang tahu, warga luar desa menanam bibit ketan hitam di atas desa rawan kekeringan tersebut. Luasnya tak tanggung. Hingga setengah hektar. Awalnya tak ada yang tahu. Karena bibit yang baru tumbuh tak jauh beda dengan tanaman padi biasa.
Namun semakin tanaman itu tinggi, mulai terlihat buah yang menghitam. Warga geger. Tanaman ketan hitam itu dipangkas habis. Penanam yang merupakan salah seorang warga Kecamatan Gegesik, dilakukan mediasi di kantor desa setempat. Termasuk kepala desanya. Lalu diberitahu pantangan yang telah dipercaya masyarakat turun-temurun.
“Memang ke yang menanam tidak ada efek, tapi efek itu ke warga sini (Slangit, red),” kata kepala desa kepada Radar, kemarin.
Tiga jenis tanaman itu, kata Sura, imbasnya lebih kepada penderitaan penyakit. Termasuk ketika itu tidak sengaja tertanam lalu hidup dan tumbuh. Namun ketika tanaman dicabut, penyakit tersebut segera hilang dan sembuh.
Segala pantangan adalah amanah leluhur. Termasuk pantangan nikah dengan orang Desa Panguragan. Yang saat ini telah dilakukan pemekaran menjadi empat desa itu. Yakni Desa Panguragan, Panguragan Kulon, Wetan dan Lor.
Adapun pernikahan tetap ingin dilakukan, harus menunggu tiga waktu. Pertama adalah setelah tanah panguragan terlihat dari Desa Slangit. Dan waktu ini, sudah terpenuhi. Wilayah Panguragan sudah bisa dilihat dari Slangit. “Karena dulu banyak pohon besar. Sangat rimbun,” lanjut Sura.
Waktu kedua adalah ketika sudah tidak ada lagi gundukan-gundukan tanah kecil. Menyerupai layaknya gunung. Sura tak bisa menjeleaskan asal muasal tanah ini. Dan sampai saat ini, gundukan tanah tersebut masih ada. Artinya, salah satu di antara waktu yang diperbolehkan untuk menikah dengan orang Panguragan belum bisa terpenuhi.
Lalu syarat atau waktu yang terakhir adalah ketika tidak ada genangan air di pesawahan. Warga setempat biasa menyebut itu lebakan. Di lebakan ini biasanya dihidupi oleh ikan-ikan sawah. “Lebakan dan undung-undung (gundukan tanah) ini masih ada,” kata kepala desa yang merupakan warga asli Slangit tersebut.

0 Komentar