Mitos Desa Slangit yang Tak Boleh Jual Nasi

mitos-desa-slangit
Khaeruni menawarkan nasi secara gratis. Ia percaya mitos, kalau akan ketimpa sial bagi yang menjual nasi putih. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Sekaligus menegaskan bahwa persyaratan menikah dengan warga Panguragan belum bisa dilakukan. Mitos ini erat hubungannya dengan leluhur Desa Slangit dan Panguragan di zaman dulu. Sampai sekarang nyaris seluruh warga Slangit percaya. Karena telah banyak indikasi yang mengarah kepada kesialan-kesialan tersebut. Tentunya jika pantangan itu dilanggar.
Suliah dan Aseni adalah pedagang yang ditemui di warung berbeda tak jauh dari kantor Desa Slangit. Keduanya juga tak menjual nasi. Mereka bedua mengaku mengetahui larangan-larangan itu dan mematuhinya. “Karena sudah kepercayaan turun-temurun,” kata Aseni, sambil terus mengisi air pada wadah plastik untuk dibuat es batu.
Namun pada barang dagangan Aseni terlihat ada labu putih. Yang panjang dan kulitnya warna hijau tersebut. Katanya, itu boleh dijual. Yang tidak boleh adalah menanam. “Sabrang jepun (cabai rawit, red) juga ngga boleh,” ungkapnya.
Salah seorang warga, Adi, juga mengimani apa yang telah menjadi pantangan. Baginya, setiap desa punya kepercayaan masing-masing. Baik itu akan mitos atau versi sejarahnya sendiri. “Kita tinggal meneruskan apa yang telah menjadi kepercayaan turun-temurun,” pungkasnya.
Warga lain, Khaeruni, juga mempercayai mitos tersebut. Perempuan 69 tahun itu mengaku mengetahui kepercayaan itu sejak kecil dari orang tua dan kakeknya. “Karena sudah ada buktinya,” terang warga blok 2 itu. Sambil menyodorkan nasi, menawarkan makan tapi tanpa lauk. (ade gustiana)

0 Komentar