Musim Pandemi; Apa Kabar Pengusaha dan Perajin Batik Cirebon? 

perajin-batik-di-tengah-covid
Proses menambal malam sebelum pencelupan... ILMI YANFA UNNAS / RADAR CIREBON
0 Komentar

“Perajin yang lain juga rata-rata sekarang jualan makanan. Mereka banyak yang alih profesi ke bidang yang lain sementara waktu menunggu situasi pulih,” paparnya.
Ia mencontohkan, di saat normal satu kain batik tulisnya bisa dijual dengan harga Rp350 ribu satu potong untuk ukuran 260 cm x 160 cm. Harganya bisa naik dua kali lipat, jika kain tersebut sampai show room atau galery.
“Kita kan tidak punya gallery. Kalau jual sendiri lama lakunya. Sementara kita butuh uang tunai untuk modal dan bayar karyawan,” kilahnya.
Daryana pun berharap, agar situasi segera normal dan para perajin serta karyawan bisa bekerja kembali. Ia khawatir jika kondisi tidak segera pulih, maka bisa-bisa para perajin gulung tikar permanen dan tidak ada lagi yang meneruskan kearifan lokal yang sudah berumur ratusan tahun tersebut.
“Dengan kondisi yang biasa saja kita cukup kesulitan, karena barang yang kita jual biasanya murah. Ditambah dengan kondisi pandemi, maka akan sangat sulit sekali kita bisa dapat untung dan bertahan hidup,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Daryana menyebut sempat ditawari untuk membantu menggarap batik dari Pemkab Cirebon melalui salah seorang tetangganya. Saat itu, ia bahkan sudah mengisi formulir dan dokumen lainnya. Namun hingga saat ini, order pesanan batik tersebut tidak pernah datang dan ia tidak tahu apakah pengadaan batik oleh pemda tersebut jadi dilakukan atau tidak.
“Dulu ada yang ke sini dan lihat-lihat. Dia sempat menunjukan gambar batik dari HP-nya. Katanya mau buat banyak kain dengan motif tertentu. Orderannya milik pemda. Tapi kita tidak tahu apakah itu jadi atau tidak, karena sampai sekarang tidak ada kabarnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Cirebon Drs H Imron MAg kepada Radar mengatakan, saat ini Pemkab Cirebon tengah melakukan pengadaan Batik Mande Praja Caruban yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu seragam dinas batik di lingkup Pemkab Cirebon. Untuk pembuatannya, ia mengaku melibatkan para pelaku UMKM dari perajin batik di Trusmi. Hal tersebut dilakukannya untuk membantu menggerakan roda perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19.

0 Komentar