Napak Tilas Masjid Bersejarah di Kota Cirebon saat Ramadhan; Nyamannya Masjid Agung Sang Cipta Rasa

masjid agung sang cipta rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa, salah satu masjid bersejarah di Kota Cirebon. Foto: Ade Gustiana/Radar Cirebon.
0 Komentar

Yang juga warisan di masa lampau di masjid ini yaitu adzan pitu. Lantunan adzan oleh tujuh orang secara bersamaan setiap Salat Jumat. Mereka mengenakan pakaian khusus. Enam muadzin mengenakan jubah hijau dan serban putih.

Sedangkan satu orang berjubah putih dan bersorban hitam. Terkadang, ketujuh muadzin juga menggunakan jubah dan sorban berwarna putih.

Jubah ini harus dikenakan setiap melantunkan adzan pitu sebagai penanda dan pembeda dengan jemaah lainnya. Meski dilakukan oleh tujuh orang secara bersamaan, lantunan adzan pitu tetap terdengar baik.

Baca Juga:Napak Tilas Masjid Bersejarah di Kota Cirebon saat Ramadan, Ada Masjid Merah Panjunan dengan Arsitektur Arab-TionghoaDuta Baca Kabupaten Cirebon Merangkak Capai Tujuan, Bersiap Seleksi Tingkat Jabar

Panjang pendek nada adzan ke tujuh muadzin adzan pitu ini terdengar seirama. Mereka juga kompak menjaga keseimbangan tinggi rendahnya nada.

Menurut sejarah, adzan pitu pertama kali dilakukan pada zaman Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Salah satu istrinya yaitu Nyimas Pakungwati yang merupakan putri Mbah Kuwu Cirebon, Pangeran Cakrabuana terkena wabah penyakit.

Wabah itu juga menyerang sejumlah warga Cirebon di sekitar keraton. Beberapa upaya dilakukan untuk menghilangkan wabah tersebut, tetapi hasilnya selalu berujung kegagalan. Akibatnya banyak rakyat Cirebon yang meninggal dan jatuh sakit.

Setelah berdoa kepada Allah SWT, Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati mendapatkan petunjuk bahwa wabah di tanah Caruban atau Cirebon tersebut akan hilang dengan cara mengumandangkan adzan yang dilantunkan tujuh orang sekaligus.

Sunan Gunung Jati akhirnya berikhtiar dengan bertitah kepada tujuh orang agar mengumandangkan adzan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai upaya menghilangkan wabah tersebut.

Dalam salah satu babad Cirebon, wabah penyakit di Cirebon datang karena kiriman dari seorang pendekar ilmu hitam, Menjangan Wulung yang sering berdiam diri di momolo (kubah) masjid.

Ketidaksukaannya terhadap syiar Islam di Cirebon membuatnya menyebarkan wabah dan setiap muadzin yang melantunkan adzan mendapatkan serangan hingga meninggal.

0 Komentar