Sekda mengatakan, pihaknya akan kembali melakukan rapat pimpinan untuk mencari solusi pelayanan pasien di IGD RSDGJ. Pihaknya juga mengharapkan penanganan di hulu atau wilayah lain bisa lebih diketatkan sehingga tekanan atau penambahan pasien Covid-19 di RSDGJ bisa berkurang.
Karena, sambung sekda, fasilitas kesehatan di hilir sudah tidak bisa menampung dan mulai kolaps. “RSDGJ sebagai RS pemerintah dan rujukan sudah diperintahkan untuk tetap melayani dengan kondisi apapun. Konsekuensinya di IGD sudah ada antrea,” bebernya.
“Kalau kita sebut serangan, ya dari wilayah-wilayah sekitar memang tinggi. Terakhir Indramayu masuk juga. Kita akan potret data yang ada. Data-data pasien yang masuk ke IGD dan tempat perawatan, yang meninggal dan darimana saja, sehingga data dua minggu terakhir itu dijadikan bahan koordinasi dengan wilayah sekitar,” ungkap sekda.
Pria yang akrab disapa Gus Mul itu juga mengaikui ada keterhambatan dalam pelayanan pemulasaran dan penguburan jenazah. Pasalnya, dalam beberapa kasus, tim pelayanan jenazah di RSDGJ harus mengantarkan jenazah ke luar Kota Cirebon.
“Kita butuh penambahan sarana dan perlu koordinasi dengan wilayah tetangga. Minimal bisa saling komunikasi sehingga begitu ada yang terkonfirmasi dan meninggal, teman-teman dari tetangga bisa memfasilitasi. Jujur tenaga kita terbatas. Apalagi harus bolak-balik,” tandas sekda.
Pemkot sendiri masih menahan opsi menjadikan Hotel Ono’s sebagai RS Darurat karena tenaga kesehatan sangat terbatas. “Kita rektrut tenaga kesehatan juga dari 200 yang kita butuhkan, baru 33 yang terpenuhi. Jadi memang kesulitan. Kendalanya, salah satunya mereka takut. Begitu tahu direkrut untuk Covid-19, mundur,” jelas Gus Mul.
Dia mengharapkan para relawan bisa ikut terlibat untuk memenuhi panggilan kemanusiaan ini. “Ini saatnya kita bersama-sama. Semua orang dan sektor memiliki risiko, risiko terhadap tugas. Tetapi saat inilah panggilan kemanusiaan itu sangat dibutuhkan, di tengah situasi darurat,” tutup sekda. (jerrell)
Opsi Tutup RSD Gunung Jati
