Ortu Harus Tahu Anaknya Ada di Mana, Cek Ponselnya

vaksin-virus-corona-australia
In this photo released by Nucleus Network/ABC, clinical trial participants are given a coronavirus vaccine in Melbourne, Australia, Tuesday, May 26, 2020, with hopes of releasing a proven vaccine this year. Novavax will inject 131 volunteers in the first phase of the trial testing the safety of the vaccine and looking for signs of its effectiveness. (Patrick Rocca/Nucleus Network/ABC via AP)
0 Komentar

 Kasus pencabulan terhadap anak di Kabupaten Cirebon masih kerap terjadi. Terbaru, anak perempuan yatim usia 5 tahun di Kecamatan Ciwaringin dicabuli tetangga sendiri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Cirebon pun meminta para orang tua tak lengah. “Orang tua jangan sampai tidak tahu anaknya ada di mana,” kata Ketua KPAI Kabupaten Cirebon, Siti Nuryani.

 
CECEP NACEPI, Cirebon
 KASUS pencabulan di Kabupaten Cirebon pada tahun 2020 ini bisa dibilang meningkat. Dalam kurun waktu 6 bulan, atau sejak Januari hingga Juni ini sudah ada 24 laporan ke Polresta Cirebon. Dari jumlah itu, ada 7 kasus untuk anak di bawah umur. KPAI Kabupaten Cirebon pun turun melakukan pendampingan secara maksimal terhadap para korban.
“Dari 7 kasus, ada 3 korbannya yang masih menetap di Rumah Aman untuk terus dilakukan pantauan. Dalam pantauan ini, dilihat jika anak masih cemas, maka harus dijemput. Karena pernah kejadian anak tidak cepat dijemput sampai-sampai keburu stres. Jadi belajar dari pengalaman, kita jangan sampai kecolongan,” papar Ketua KPAI Kabupaten Cirebon Siti Nuryani saat berbincang dengan Radar, kemarin.
Perempuan yang akrab disapa Yani ini menjelaskan, dalam kasus kekerasan terhadap anak, paling banyak adalah kasus seksual atau pencabulan. Modusnya pun beragam. Misalnya memanfaatkan kelengahan anak saat tidur, iming-iming hadiah atau pemberian tertentu, dibohongi, dan bahkan beberapa korban ada ada yang diancam dibunuh.
Cara-cara itu, kata Yani, kerap dilakukan para pelaku pencabulan dengan sasaran anak-anak. “Para pelaku ini faktor utamanya adalah mencari penyaluran kebutuhan seks kepada seseorang yang ada di sekitarnya. Ada juga beberapa pelaku nekat melakukan perbuatan kejahatan seksual karena terlalu sering menonton film porno. Inilah cara yang salah yang harus diantisipasi di lingkungan keluarga, tetangga, juga sekolah, dan lainnya,” terang Yani.
Melihat fenomena pencabulan terhadap anak yang masih marak, Yani merasa sedih sekaligus prihatin. Apalagi jika yang dihadapi, baik korban maupun pelaku, adalah keluarga sendiri. “Kasus yang menyedikan yaitu tahun 2019. Ayah pelaku dan anaknya sendiri yang jadi korban. Kita prihatin karena ayahnya ternyata mengidap HIV/AIDS dan anak yang jadi korban itu pun ikut terkena AIDS. Korban sudah setahun ini menjalani pengobatan untuk meyakinkan bebas dari penyakit itu (HIV/AIDS, red). Kalau secara psikologis, dia sudah pulih. Sudah stabil,” jelasnya.

0 Komentar