Pahlawan di Balik Hazmat

Pahlawan di Balik Hazmat
Yogi Sumedi SKep Ns MMRS dan dr Oom Nurrohmah SpPD.
0 Komentar

Selamat Hari Pahlawan wahai pejuang kemerdekaan dan penyelamat hajat hidup orang banyak di masa depan. Salam hormat untuk tenaga kesehatan (nakes). Perjuangan kalian belum sampai garis finish. Jangan pernah lelah, meski kerap merasa gerah — bersembunyi di balik baju hazmat.

***
PAHLAWAN tak harus melulu yang angkat senjata dalam medan perang. Pengorbanan demi maslahat orang banyak, layak dijadikan tolok ukur. Covid-19 menginterpretasikan sosok pahlawan-pahlawan baru. Salah satunya adalah tenaga kesehatan sebagai garda depan penanganan pandemi.
Radar Cirebon berkesempatan berbincang dengan nakes yang setiap hari kontak erat dengan pasien Covid-19 secara langsung. Adalah nakes di RSD Gunung Jati yang merupakan layanan medis rujukan pertama di wilayah III Cirebon.
“Kadang suka berperang dengan perasaan sendiri sampai keluar air mata. Tapi saya harus tegar di hadapan mereka,” kata dokter spesialis penyakit dalam dr Oom Nurrohmah SpPD, berusaha tetap kuat ketika menangani pasien Covid-19. Terlebih, bagi mereka yang memiliki komorbid.
Rasa iba berlebihan muncul dari dalam hati. Semakin membuat terenyuh, ketika kondisi pasien terus memburuk. Ditambah, itu merupakan beberapa pasien dalam satu keluarga. Keadaan itu tak jarang membuat air mata dokter kelahiran Kabupaten Kuningan itu menitih. Namun terus berusaha disembunyikan.
Apalagi ketika bertugas di zona merah (ruang isolasi), nakes wajib memakai APD level tiga. Semua tertutup. Sulit bagi orang lain untuk mengenali. Mimik wajah senyum, pun hanya terlihat sekeliling bola mata yang mengerut.
“Kalau saya di baju hazmat ditulis kalau ini dr Oom,” masih katanya, berusaha agar pasien tetap mengenali.
Pandemi ini jelas tergolong baru. Namun bagi nakes, mengabdikan diri seutuhnya adalah hal yang biasa. Sudah menjadi tanggung jawab. Apalagi tenaga kesehatan pernah disumpah profesi. Dokter 52 tahun itu punya lika-liku sendiri.
Semua tidak dianggap sebagai beban. Justru bagi dr Oom, bisa berkontribusi dan bermanfaat bagi sesama adalah sesuatu yang memuaskan. “Selama Allah masih menitipkan profesi ini, saya ikhlas dan senang,” ungkapnya.
Sampai-sampai, alumnus spesialis penyakit dalam Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu lupa waktu. Ia merasa jam begitu cepat berputar ketika sedang bertugas melayani pasien. Baginya, mereka sudah seperti keluarga sendiri.

0 Komentar