Pasca Geger Banpres Bermasalah di Desa Ujunggebang

Pasca Geger Banpres Bermasalah di Desa Ujunggebang
Kantor Kuwu Desa Ujung Gebang.
0 Komentar

Pemberitaan banpres bermasalah di Desa Ujunggebang mendapat atensi dari masyarakat. Banyak di antara mereka juga merasa kecewa. Setelah jadi konsumsi publik, rumah wartawan koran ini didatangi pihak PNM Mekaar. Minta kekeluargaan. Selain itu, pembicaraan juga tak boleh direkam. Ada apa?

ADE GUSTIANA, Cirebon
KEPALA Cabang PNM Mekaar di Kecamatan Susukan saat dikonfirmasi terkait keluhan masyarakat justru melarang wartawan Radar Cirebon untuk merekam pembicaraan. Kepala cabang yang enggan menyebutkan namanya itu baru mau buka suara ketika HP wartawan disita dan diamankan oleh dua orang petugas Mekaar lain.
“Tuntutan saya, jauh dari ponsel. Baru nanti saya jawab,” kata kepala cabang perempuan tersebut. Ketika ditemui di kantornya di Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, kemarin (3/12).
Hal janggal berikutnya adalah terkait adanya tiga orang petugas Mekaar yang mendatangi rumah wartawan Radar Cirebon yang menulis berita tersebut. Mereka berkunjung pada Jumat (27/11) sore pekan lalu. Atau satu hari pasca berita dengan judul: Rumitnya Mengambil Hak Banpres Rp2,4 Juta di Desa Ujunggebang, dirilis. Sayangnya, saat itu wartawan yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah.
Hanya menyampaikan kepada pihak keluarga yang bersangkutan –kalau ingin menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan. Belum diketahui pasti apa yang dimaksud menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan itu.
Kemudian Sabtu (28/11) esok harinya, PNM Mekaar kembali mendatangi rumah wartawan tersebut. Lagi-lagi tidak bisa bertemu karena sedang mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Hotel Grand Tryas yang dibuka oleh Bupati Cirebon Drs H Imron Rosyadi MAg.
Setelah kembali disampaikan maksud dan tujuan ingin meluruskan informasi yang beredar di masyarakat, kepala cabang PNM Mekaar di Kecamatan Susukan itu perlahan mulai terbuka. Tanpa menyita handphone seperti yang sebelumnya menjadi tuntutan. Hanya saja HP itu kini diletakkan lebih jauh dari sumber suara. Tidak terlihat oleh kepala cabang.
Dia menjelaskan kalau nasabah yang belum bisa dicairkan hanya soal waktu. Belum mendapat giliran. “Bergantian dicairkan, ada tahap pengerjaannya,” kata kepala cabang tersebut.
Terkait ATM salah seorang nasabah asal Desa Ujunggebang yang tidak jelas keberadaaannya, dia menyarankan untuk mengecek di BNI terdekat. Memastikan status ATM tersebut. Apakah rekening pribadi atau rekening yang memang dipersiapkan untuk bantuan.

0 Komentar