Pengajuan Pemotongan Pohon Meningkat

Pengajuan Pemotongan Pohon Meningkat
Revitalisasi trotoar di Jl Siliwangi yang membuat sejumlah pohon harus ditebang karena penyesuaian dimensi trotoar. Foto: Abdullah/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Musim hujan membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan khususnya dari bencana pohon tumbang. Untuk mengantisipasi hal itu, tidak sedikit yang berinisiatif mengajukan pemotongan pohon kepada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP).
Kepala DPRKP, Ir Agung Sedijono MSi mengatakan, pengajuan pemotongan pohon dilandasi kekhawatiran potensi tumbang karena angin kencang maupun hujan lebat. Hanya saja, tidak semua permintaan itu dapat dikabulkan.
“Harus diseleksi lagi. Dilihat dulu usia pohon dan kondisinya,” kata Agung, kepada Radar Cirebon, Minggu (8/11).
Selain faktor kondisi pohon, DPRKP juga mesti menerapkan skala prioritas karena keterbatasan alat berupa mobile crane untuk memotong pohon. Baru tahun depan peralatan tersebut dianggarkan.
Tidak hanya masyarakat, beberapa instansi juga mengajukan penebangan pohon. Salah satunya Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebab, di area kantornya terdapat beberapa pepohonan besar.
Dia menjelaskan, tahun 2020 ini sebagai tahun pohon hilang di Kota Cirebon. Sebagai contoh di ruas Jalan RA Kartini dan Siliwangi. Adanya proyek perbaikan trotoar membuat ratusan pohon ditebang. Hal ini dikarenakan perlu penyesuaian untuk saluran drainase dan dimensi trotoar.
Tetapi, pihaknya memastikan, pohon yang ditebang di kawasan itu akan segera diganti. Kembali ke permintaan penebangan pohon, DPRKP juga meminta ada kontribusi menanam pohon di ruas jalan yang lain.
Sementara itu, menurut laporan Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kota Cirebon mencatat, saat cuaca ekstrem di pengujung Oktober terjadi 3 kali peristiwa pohon tumbang. Peristiwa terakhir terjadi pada Sabtu (31/10).
Wilayah Kota Cirebon memang kerap diguyur hujan deras dan angin kencang. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, potensi cuaca ekstrem perlu diwaspadai hingga bulan Desember. Hal itu tak terlepas dari peristiwa La nina yang membuat curah hujan lebih tinggi dari biasanya.
Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Jatuwangi, Ahmad Faa Iziyn menyatakan, dampak dari fenomena La Nina yang akan melanda pulau Jawa, khususnya wilayah Kota Cirebon termasuk dalam kategori lemah hingga sedang. Namun demikain, BMKG tetap mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dampak bencana yang ditimbulkan.

0 Komentar