Pengusaha Tahu Lamping Menjerit

Pengusaha-Tahu-Lamping
DIKURANGI: Produksi tahu lamping terpaksa dikurangi karena harga kedelai melonjak dan sulit mendapatkan minyak goreng. Foto: M Taufik/Radar Kuningan
0 Komentar

KUNINGAN – Kelangkaan minyak goreng di pasaran ternyata membuat para pengusaha tahu lamping di Kuningan kelimpungan. Kondisi ini diperparah dengan merangkaknya harga kedelai sehingga membuat mereka harus memutar otak agar usahanya tidak merugi.
Agus, pemilik usaha tahu lamping di Blok Cikentrungan, Jalan Raya Veteran, Kuningan, mengaku sudah bingung menjalankan usaha tahu khas Kuningan tersebut. Harga dua bahan utama pendukung usahanya yaitu minyak goreng dan kedelai impor kini semakin selangit.
“Saya mah sudah menit (pusing, red). Minyak goreng langka di pasaran, sekarang ditambah harga kacang kedelai naik lagi. Dari Rp10.000 per kilogram sekarang jadi Rp11.600. Bagaimana saya harus jualan kalau sudah begini,” ujar Agus kepada Radar, kemarin.
Agus mengatakan, kondisi ini membuat dia harus memutar otak agar usaha tahunya tetap bisa berjalan. Salah satunya dengan mengakali ukuran tahu menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
“Supaya tidak rugi saya membuat satu nampan tahu mentah yang biasanya dipotong 15, sekarang jadi 16. Kemudian minyak goreng yang dipakai pun diirit-irit, tapi diusahakan tetap bisa menggoreng banyak,” ungkap Agus.
Saat kondisi normal, Agus mengatakan, usaha tahunya dalam sehari bisa menghabiskan kedelai hingga 2 kuintal dan membutuhkan 10 kilogram minyak goreng. Namun kali ini dia hanya bisa memproduksi 1 kuintal kacang kedelai dan mendapat jatah minyak goreng hanya 5 kilogram.
“Saat minyak goreng curah tersedia di pasar, saya masih bisa beli 10 kilogram untuk usaha tahu ini. Tapi sekarang di pasar sudah tidak ada, jadi harus ke mini market itu pun dijatah hanya 4 liter,” ujarnya.
Agus mengaku tak habis pikir dengan kebijakan pemerintah yang menurunkan harga minyak goreng menjadi Rp14.000, tapi tidak disertai dengan ketersediaannya di pasar. Akibatnya, masyarakat bukannya senang malah semakin bingung karena barangnya sulit didapat.
“Saat harga minyak goreng Rp18.000, masyarakat masih bisa beli karena barangnya banyak. Tapi sekarang, pemerintah buat aturan harganya diturunkan jadi Rp14.000 tapi barangnya tidak ada di pasaran. Itu mah sama saja bodor,” ketus Agus.
Atas kondisi ini, Agus dan para pedagang tahu yang lain berharap pemerintah bisa secepatnya menyelesaikan masalah minyak goreng ini agar masyarakat tidak semakin susah. Juga dalam hal pengadaan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe, Agus berharap harganya bisa diturunkan agar usahanya bisa kembali menggeliat.

0 Komentar