Produsen Tempe Dirugikan Oknum Nakal yang Campur Kedelai dengan Kertas

Produsen Tempe Dirugikan Oknum Nakal yang Campur Kedelai dengan Kertas
0 Komentar

Produsen tempe tampaknya sudah biasa terima nasib. Protes mogok produksi/jualan tak banyak berpengaruh terhadap harga kedelai. Tetap saja mahal. Belakangan, tersiar kabar segelintir oknum yang mencampur bahan baku kedelai dengan kertas. Jelas, itu mencoreng citra produsen yang selama ini konsisten di jalan yang benar.
ADE GUSTIANA, Cirebon
OKNUM produsen tempe nakal melakukan itu karena harga kedelai yang mahal. Kertas bekas digunakan untuk menambah berat/ukuran tempe. Secara kasat mata tak tampak kalau tempe telah dicampur kertas. Karena telah dibalut dengan ragi. Ditambah proses penjamuran yang menyelimuti permukaan tempe.
Tapi jelas itu tak bisa dibenarkan. Kerena mencurangi konsumen. Belum lagi dampak pada kesehatan yang akan ditimbulkan. Alasan itu rumah produksi tempe di Kelurahan/Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, milik H Wasoli atau yang dikenal H Ali, pernah didatangi personel kepolisian belum lama ini.
H Ali bilang, mereka melakukan inspeksi akan kabar bahan baku kedelai yang dicampur kertas tersebut. “Kalau di produksi saya kulit kedelai juga dipisahkan untuk pakan sapi. Jadi bahan baku tempe ini benar-benar dari kedelai murni. Proses penggilingan pun pakai mesin,” katanya kepada Radar Cirebon kemarin.
Ia jelas merasa sangat dirugikan. Citra produsen jadi samarata karena ulah secuil oknum tersebut. Sehingga timbul keraguan di kalangan konsumen, apakah tempe yang dimakan benar kedelai murni atau justru campuran bahan berbahaya.
Pria yang telah memproduksi tempe sejak tahun 1992 itu tak habis pikir akan kondisi tersebut. Harga bahan baku yang mahal, katanya, bukan berarti harus mengurangi kualitas tempe yang diproduksi. Imbas dari kedelai mahal Ali lebih memilih mengurangi ukuran tempe.
Dikatakan, saat ini harga kedelai menyentuh Rp12.700 per kilogram. “Harga masih sangat tinggi, padahal sebelumnya masih di bawah Rp10 ribu. Kenaikannya benar-benar terasa dan drastis akhir-akhir ini,” ungkap Ali, yang memproduksi tempe dari bahan baku kedelai impor tersebut.
Ia menuturkan, mogoknya produksi serta penjualualan tahu/tempe selama tiga hari pada bulan lalu sebagai aksi protes tak banyak memberikan pengaruh terhadap penurunan harga kedelai. Yang ada justru harga merayap naik. Disesalkan produsen tempe seperti H Ali ini.

0 Komentar