Tahun Baru Imlek di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Bersih-bersih Rupang hingga Sembahyang di 29 Januari 2023

dewi-welas-asih
Vihara Dewi Welas Asih di Jalan Kantor, Kota Cirebon. Foto: Ade Gustiana/Radar Cirebon.
0 Komentar

Bukan saja warga keturunan. Masyarakat Kota Cirebon banyak penasaran dan mendatangi lokasi tersebut. Sembahyang Imlek tepat dilakukan pukul 12 malam.

Sembahyang Sang Sin kembali dilakukan pada 25 Januari. Romo Yanto bilang, kali ini dalam rangka menyambut dewa turun dari langit.

“Kemudian 29 Januari Sembahyang Thi Kong saat tengah malam. Sembahyang kepada tuhan yang maha esa,” ucap Yanto.

Baca Juga:Berkunjung ke Pasar Ikan Karangsambung, Salah Satu Sentra Hasil Tangkapan Laut di CirebonTempat Wisata Sejarah di Cirebon, Ada Pedati Gede yang ‘Terkurung’ di Gang Sesak

Di tanggal 29 juga dilakukan Sembahyang Ci Suak. Biasa disebut tolak bala. Berharap terhindar dari segala musibah.

Pengurus Vihara Dewi Welas Asih yang lain, Romo Junawi menjelaskan, hewan kelinci identik dengan pintar, cerdik dan pandai. Itu melambangkan tauladan di tahun baru Imlek ini.

“Kita jadi orang harus pintar, cerdik, pandai dan jujur,” ucap Romo Junawi kepada Radar Cirebon, Kamis 12 Januari 2023.

Ia menambahkan, kelinci adalah hewan pemakan sayur. Bukan daging. Itu, jelasnya, filosofi atau arti dari kesederhanaan. Tak serakah.

“Biasanya kalau orang makan daging, ingin makan enak. Kalau sayur, seadanya saja. Paling ditambah bumbu-bumbu,” tutur Romo Junawi.

Banyak unsur lain dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa. Seperti unsur air, unsur logam, unsur api dan lainnya. “Budaya orang Tionghoa itu menjelimet (banyak macamnya, red),” jelas Romo Junawi.

Misalnya, dalam perjodohan, imbuhnya, selisih usia pasangan 3, 6 dan 9 tahun bukan angka yang baik. Terutama jika laki-laki yang lebih tua. “Tapi, kalau sama-sama cinta itu bisa dikias,” jelasnya.

Baca Juga:Wisata di Cirebon tanpa Menguras Kantong, Cukup Bayar Parkir SajaSobekan Lead

Kias yang dimaksud yaitu pasangan tersebut melepaskan hewan tertentu. Seperti belut, burung atau ikan. Hal tersebut, jelas Romo Junawi, merupakan saran dari sesepuh atau mereka yang mengerti. Dan telah menjadi kepercayaan turun-temurun.

Melepaskan hewan itu melambangkan kebahagiaan. Diharapkan jodoh mereka langgeng. “Dilepas bebas bersamaan dengan persoalan yang selama ini ditakutkan,” pungkasnya. (ade)

0 Komentar