Waspada Kejahatan Bermodus Cinta di Dunia Maya, Incar Ibu-ibu

apr-box-Lina Tarigan WSC
BELA KORBAN: Lina Tarigan rajin mengadvokasi korban dari permainan media sosial melalui lembaga Waspada Scammer Cinta. Foto: Dokumen/Radar Cirebon
0 Komentar

Jika sudah sampai sini, biasanya akan meminta kontak lain seperti whatsapp agar bisa lebih intens berkomunikasi. Tak jarang di tahap ini para korban yang sudah terlanjur percaya dan termakan cinta pun semakin nurut.
“Sampai ada yang biasanya meminta video call sex, tanpa mereka sadar direkam dan nantinya menjadi senjata untuk mengancam mereka. Di sini korban pasti banyak alasan untuk menghindar ikut menunjukkan wajah asli. Kalau pun mau biasanya dimanipulasi dengan memiliki 2 device,” jabarnya.
Setelah mendapatkan bahan untuk mengancam, pelaku tak serta merta menjadikan bahan tersebut dan mengancam. Pelaku tentu lebih pintar. Di tahap ini ia akan lebih intens membangun kepercayaan korban dan memberikan kenyamanan.
Sampai mengajak korban untuk ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan. Tak jarang di tahap ini sudah banyak ibu yang meminta cerai pada suami aslinya. Sampai di beberapa hari kemudian jika dirasa percaya, pelaku akan mulai beraksi dengan dalih akan menikahi, namun memiliki kendala finansial.
Jika pelaku mengaku berprofesi sebagai polisi atau satuan, biasanya mengaku harus mengurus pindah kerja dahulu dan memerlukan biaya. “Korban biasanya diminta mentransfer sejumlah uang untuk keperluan tersebut. Tak jarang karena sudah cinta, mereka memberikan. Namun saat sadar dan tak mau memberikan, mereka malah diancam dengan video atau foto-foto mereka sebelumnya untuk disebarkan,” terangnya.
Dari sini, tak sedikit korban yang enggan melaporkan karena malu dan takut. Namun setelah adanya WSC, pihaknya berusaha menyosialisasikan kejahatan ini untuk merangkul para korban. Akhirnya tak jarang banyak yang speak up.
WSC pun membantu melaporkan dan menutup akun pelaku (me-report). Dukungan moril juga diberikan pada korban karena sesungguhnya itulah yang membuat mereka berani speak up. “Rata-rata dari tiap tahunnya, angka naik sekitar 40-45%. Ini bukan saja jumlah korban meningkat, bisa saja yang speak up sekarang sudah lebih banyak. Sebelumnya rata-rata mereka malu untuk mengungkapkan,” jabarnya.
Sementara itu, mirisnya dari beberapa pelaku yang telah diselidiki, sebagian besar di antaranya merupakan tahanan napi yang bermukim di balik jeruji besi. Hal ini tentu menjadi semakin miris. Pihaknya pun berharap meski untuk memberantas pelaku tak mudah karena social media sangatlah bebas, WSC berusaha menekan angka korban dengan memberikan sosialisasi, sehingga jika sudah teredukasi dan tersosialisasikan, maka semua wanita bisa lebih hati-hati bermain media sosial.

0 Komentar