Yang Kontak, Harus Isolasi

tim-ahli-forensik-kabupaten-cirebon
Tim Ahli Forensik Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, dr Riza Rivana MHKes SpF . Foto: Andri Wiguna/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon meminta semua orang yang kontak langsung dan bersentuhan dengan jenazah korban Covid-19 di Gunung Jati, untuk melakukan isolasi mandiri. Tidak berkerumun atau berkumpul. Apalagi memaksakan diri menggelar tahlilan.
Kadinkes Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni SKM MKes yang ditemui Radar mengatakan, kasus yang terjadi di Gunung Jati dan viral di media sosial, harus dijadikan pelajaran berharga agar ke depan tidak terulang lagi.
Pada kesempatan itu, Eni kembali memastikan, untuk jenazah yang diambil paksa oleh pihak keluarga tersebut, dalam kondisi terpapar Covid-19. “Saya pastikan yang bersangkutan itu terpapar Covid-19. Saya sudah minta ke pak Kuwu agar yang kontak kemarin dengan almarhum, untuk melakukan isolasi mandiri,” bebernya, kemarin.
Saat ini, lanjutnya, Dinas Kesehatan belum bisa melakukan tracing ataupun penelusuran kontak erat terkait kejadian yang ramai tersebut. Pasalnya, para pegawainya yang bekerja di puskesmas di sekitar lokasi, masih merasa terancam.
“Kita belum bisa lakukan tracing, dengan alasan keselamatan petugas kami di lapangan. Oleh karena itu, saat ini baru meminta pak kuwu agar menyampaikan kepada warganya supaya yang kontak melakukan isolasi mandiri,” jelasnya.
Yang paling dikhawatirkan, sambung Hj Eni, hal tersebut memicu aksi-aksi serupa di mana jenazah yang sebelumnya terpapar Covid-19, diambil paksa oleh pihak keluarga. Sehingga nantinya, membuat penanganan dan penanggulangan Covid-19 akan semakin berat.
“Jika terjadi kasus pengambilan paksa jenazah korban Covid-19 oleh keluarganya, maka itu kita serahkan ke petugas keamanan,” tegasnya.
Terpisah, Kuwu Desa Gunung Jati, Nuril Anwar ST menyebut, kisruh prosesi pemakaman salah satu warganya, bermula dari prosesi SOP pemakaman yang tidak jelas dari pihak rumah sakit.
Awalnya, sambung Nuril, pihak keluarga menerima dan sudah pasrah dengan meninggalnya korban sebagai takdir yang sudah digariskan. Persoalan sendiri muncul, setelah peti jenazah yang saat itu diantar sopir, tidak kunjung dikuburkan.
“Warga yang awalnya menyaksikan dari jauh karena prosesnya lama dan tidak jalan, akhirnya merangsek dan membuka paksa peti jenazah. Padahal awalnya keluarga sudah menerima,” ujarnya.

0 Komentar