“Muludan tetap jalan, protokol kesehatannya harus ditingkatkan,” ujar Sultan Sepuh.
Menurut Lukman, protokol kesehatan itu adalah kedisiplinan memakai masker, menjaga jarak dan kedisiplinan mencuci tangan (3M).
Lukman berdalih, Sebagaimana dikatakan Gubernur Ridwan Kamil, bahwa ekonomi tetap jalan, tapi yang penting 3M. Teknisnya, lanjut Sultan Sepuh, akan dirapatkan terlebih dahulu.
“Mungkin nanti pedagang di alun-alun tidak sebanyak seperti biasanya. Mungkin hanya di alun-alun saja. Yang di jalan-jalan sini tidak tertutup. Sehingga masyarakat tidak berjubel pada saat muludan nanti,” ucapnya singkat.
Langkah Pemkot Cirebon melalui Gugus Tugas Covid-19 ini, membuat Patih Kesultanan Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran meradang. Mestinya, kata dia, sebelum mengambil keputusan untuk melarang atau meniadakan kegiatan pasar malam dalam peringatan muludan di keraton, pemkot maupun gugus tugas sebaiknya mengundang terlebih dahulu para perwakilan pihak keraton.
“Jangan langsung melarang saja. Harusnya sebelum membuat keputusan, kita diundang dan diajak bicara dulu. Dijelaskan kondisi dan persoalanya seperti apa, kemudian dibicarakan solusinya. Kita pun sebetulnya akan menghormati dan mendukung keputusan pemerintah itu, tapi tidak langsung diputuskan sepihak saja,” ujar Qodiran kepada wartawan, kemarin (21/9).
Lagipula, dia menilai, pasar malam dan pasar tradisional itu tidak jauh berbeda. Asalkan digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Maka, akan meminimalisir penularan Covid-19 seperti yang dikhawatirkan.
Pihaknya tentu tidak bisa meniadakan begitu saja tradisi yang telah berlangsung turun-temurun ini. Terutama tradisi inti dan ritual budaya pokok yang dilakukan Kesultanan Kanoman dalam peringatan maulid nabi yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Ketika diajak berdiskusi dengan pemerintah dan gugus tugas, pihaknya pun akan meminta saran agar ritual tradisi pokok ini dapat tetap berjalan tapi dengan menerapkan protokol kesehatan.
Ritual tradisi pokok yang digelar Kasultanan Kanoman, rencananya akan dimulai 25 safar atau 14 Oktober mendatang. Dengan agenda memayu, tawurji, dan ngapem. Dalam beberapa hari berikutnya juga akan digelar ritual tradisi, sampai puncaknya 29 Oktober beragendakan pelal ageng panjang jimat.
Terpisah, Ketua Komunitas Peduli Pariwisata (Kompepar) Keraton Kacirebonan, R Agus Dzulkarnaen mengatakan, Keraton Kacirebonan posisinya setiap tahun hanya untuk parkiran pasar malam dadakan yang sentralnya digelar di Alun-alun Kasepuhan.