CIREBON – Tabuhan Gong Sekati, menandai rangkaian Pelal Ageng Panjang Jimat di Keraton Kanoman. Artinya, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW makin mendekati puncaknya.
Warga biasanya memadati area Siti Inggil Keraton Kanoman. Semakin malam, mereka merangsek mendekat. Sesekali lontaran uang logam dan kertas diarahkan ke nayaga. Alunan Cingcing Duwur cukup menghadirkan nuansa tersendiri.
Nuansa yang sama tetap hadir malam itu. Dengan alunan serupa. Namun, kondisinya berbeda. Gong Sekati kali ini mengalun di tengah pandemi covid-19. Ada banyak hal yang dibatasi. Meski pada beberapa momen tetap mengundang antusias warga. Ya, beragam tradisi muludan kini dilaksanakan sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi mengatakan, sebelum ditabuh, Gong Sekati sebelumnya dilakukan Tradisi Nyiram Gong Sekati. Atau yang berarti membasuh perangkat gamelan yang sudah berusia lebih dari 500 tahun tersebut.
Tradisi tersebut telah dilakukan secara turun temurun dari Kesultanan Kanoman Cirebon itu, biasa dilakukan setiap tanggal 7 Maulud atau Rabiul Awal. Tradisi dipimpinan langsung oleh, Patih Keraton Kanoman Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran. Gong Sekati sendiri dibawa dari bangsal ukiran menuju ke langgar atau musholah untuk dilakukan pencucian.
“Nyiram Gong Sekati hanya dilakukan oleh kerabat Keraton Kanoman karena kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan,” kata Arimbi, kepada Radar Cirebon, Senin (26/10).
Dijelaskan, Keraton Kanoman memiliki perlakuan khusus dalam merawat Gong Sekati peninggalan Sunan Gunung Jati. Prosesi ritual pencucian seluruh alat musik gamelan itu menggunakan bahan alami.
“Dicuci setahun sekali sebelum dicuci ada ritual membaca doa dulu saat dicuci juga dibacakan doa. Berharap agar saat tradisi gamelan sekaten berlangsung tidak ada kendala seperti suara gong jadi fals dan sebagainya,” ungkapnya.
Gong Sekati sendiri merupakan seperangkat gamelan pusaka milik Keraton Kanoman Cirebon yang terdiri dari Bonang, Bonang Racik, Titil, Bedug, Karon, Kebluk, Cret dan gong yang dimainkan oleh 12 nayaga atau pemain alat musik tersebut.
Gong Sekati ditabuh sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gamelan ditabuh mulai pukul 08.00 pagi dengan lagu “Rambu Gede”. Kemudian pukul 10.30 siang dengan lagu “Kajongan”, pukul 14.00 siang (lagu “Rambu Cilik”), pukul 16.30 sore (“Pari Anom”), pukul 20.00 malam (“Cingcing Duwur”), 23.00 malam (“Kajongan”) dan pukul 03.00 pagi (“Pari Anom”).