Saat Gong Sekati Dibunyikan di Tengah Covid-19

gong-sekati-keraton-kanoman
Nayaga memainkan Gong Sekati yang menandai rangkaian Pelal Ageng Panjang Jimat di Keraton Kanoman, Senin (26/10). Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Selain itu, para nayaga juga harus berasal dari anggota keluarga yang menjadi bagian dari keraton atau abdi dalem. Sebagaimana yang terjadi pada Ato Sugiarto, Lurah Gong Sekati.
Menurut Ato, menjadi nayaga bukanlah perkara yang gampang. Sebelum melakukan prosesi gong sekati, para nayaga telah melakukan sejumlah persiapan. Persiapan fisik tenyunya menjadi hal yang harus diperhatikan.
Namun lebih daripada itu, sebelum menabuh gong sekaten, para nayaga juga diharuskan melaksanakan puasa sejak tanggal 1 bulan shafar. Selain itu, sejak tanggal 1 mulud, nayaga juga tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan intim dengan istrinya.
“Supaya dalam melaksanakan ini tuh benar benar bersih. Sekaten sendiri artinya syahadatain. Sehingga dalam meninggikan kalimat syahadat, harus dipersiapkan dengan bersuci. Dan menghilangkan hawa nafsu,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga memandang bahwa gong sekaten tetap menjadi media dakwah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Syekh Syarif Hidayatullah dulu.  Walapun dilakukan dengan cukup menguras tenaga, namun hal tersebut tak menjadi masalah.
“Karena semua yang disini (nayaga) niatnya untuk mengabdi dan melestarikan tradisi turun temurun,” lanjutnya. (awr)

0 Komentar