CIREBON- Harga tahu dan tempe di pasar tradisional di Kota Cirebon membumbung. Akibat harga kedelai impor yang terus merangkak. Kondisi itu membuat pedagang dilematis. “Kalau harga tempe dinaikin, orang pasti lebih milih makan ayam,” ujar Dawi Gates, pedagang tempe di Pasar Jagasatru, kemarin.
Hal itu yang membuat dilematis. Mau tak mau pedagang harus punya stretegi. Satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengecilkan ukuran. Semula, sepotong tempe harga Rp3 ribu memiliki berat 4 ons. Setelah dikurangi menjadi 3.7 ons. Berkurang 0.3 ons.
Sebetulnya pengurangan itu dari segi fisik tak begitu kentara. Tapi tidak bagi ibu rumah tangga yang rutin mengonsumsi tempe. Kata Dawi, mereka kerap kali komplen. Mempertanyakan. “Kok ukurannya nambah kecil aja?,” tanya pembeli kepada Dawi.
Dia hanya bisa menjelaskan. Kalau harga kedelai sedang naik. Per kilogram sekarang tembus Rp11 ribu. Nominal yang sangat memberatkan. Termasuk bagi Dawi dan keluarga yang memproduksi tempe itu sendiri. Karena tiap membeli kedelai selalu dalam jumlah partai. Hingga 100 kilogram.
“Sesudah lebaran naiknnya 300-500 perak. Kelihatannya memang kecil. Tapi kan dihitung per kilo. Sedangkan kalau produksi tempe bisa 80-100 kilogram,” tukasnya. Naiknya harga Rp300-500 itu tergolong tinggi. Tak seperti biasanya yang hanya Rp100.
Dawi menambahkan, kenaikan harga mulai terasa selama masa pandemi corona ini. Namun yang fantastis terjadi pasca lebaran 2021 sekarang. Dia memprediksi kenaikan harga kedelai masih akan terus terjadi. Bahkan prediksi Dawi kedelai akan tembus di angka Rp15 ribu per kilogram. Apakah kenaikan harga tempe berpengaruh terhadap penjualan? “Relatif,” jawabnya, singkat.
Pedagang lain, masih di Pasar Jagasatru, Wartem, terlihat lebih jengkel terhadap kenaikan harga kedelai. Khususnya kepada pembeli eceran yang kerap mempertanyakan menyoal harga tersebut. Dikatakan, pembeli seringkali tidak percaya ada kenaikan harga. Dan kerap membandingkan dengan pedagang lain.
“Pedagang di sini tidak kompak. Ribut-ributnya aja. Harusnya kita berhenti berjualan aja selama 2 hari biar masyarakat tahu kalau harga naik. Seperti yang dilakukan di daerah lain,” tukasnya.
Dikatakan Wartem, tak sedikit pembeli yang komplen. Paling sering, katanya, adalah pembeli eceran. Wartem memilih menaikkan harga tempe dibanding mengecilkan ukuran. Naik Rp1 ribu per potong. Dia juga menjual tahu matang yang berwarna cokelat. Dan menjual tahu mentah. Harga tahu, katanya, juga naik.