Sekedar informasi, Naim membayar sebesar Rp25 juta untuk mendapatkan porsi di 2020. Ketika ditanya tentang pengelolaan dana haji oleh pemerintah, Naim menjawab bahwa ada kekhawatiran digunakan untuk memenuhi pembangunan infrastruktur. Tapi dia tetap berpikiran positif terhadap pemerintah. “Masa iya seorang profesor (Kepala BPKH Anggito Abimanyu, red) mau membohongi rakyatnya. Sudah doktor lagi,” imbuh Naim.
Ke depannya, ia berharap kepada pemerintah untuk terbuka, khususnya kepada jamaah haji. Ia juga optimis bisa mengikuti ibadah haji. “Saya mah tetap optimis. Takutnya kalau diambil (biaya haji) nanti nunggunya lama lagi. Sekarang kalau saya ambil, janji tinggal janji. Besok sudah ganti lagi. Saya tetap optimis. Walaupun untuk 2022 nanti (tahun depan) soal berangkat belum ada kepastian,” tutup Naim. (*)