“RS Ciremai sudah tidak bisa menambah. Sekarang kita ada RS Gunung Jati yang tadinya cuma 32% ketersediaan untuk Covid-19, kita minta tambah 37 kasur dari 117 menjadi 154 kasur. Sehingga rasionya menjadi 42,42% . Penambahan ruangan tersebut berada di Ruangan Prabu Siliwangi lantai 3 dan 4 RSDGJ,” ujar sekda.
Tak sampai di situ, sekda juga meminta Dinas Kesehatan Kota Cirebon untuk melakukan koordinasi terkait rumah sakit yang belum melakukan penyediaan ruang isolasi untuk Covid-19. “Jangka pendek kita, meminta rumah sakit yang belum punya ruangan isolasi untuk menyediakan. Mohon bisa dikoordinasikan,” pinta sekda yang akrab disapa Gus Mul itu.
Kalau pun tidak bisa menyediakan ruang isolasi, sekda berharap untuk bisa menyediakan tenaga kesehatannya atau SDM untuk bisa bergabung ke RSDGJ yang saat ini akan melakukan penambahan ruang isolasi. “Nanti ada BKO tenaga kesehatan. Itu yang bisa kita lakukan,” tutup sekda.
Terpisah, Kabid Pelayanan Medis (Yanmed) RS Ciremai dr Hj Tentri Yuniwati mengatakan RS Ciremai memiliki 106 tempat tidur yang terdiri dari 7 ruang ICU, 5 untuk perinatal, 6 ruangan untuk naternal, dan sisanya untuk isolasi Covid-19. Hingga kemarin (16/6), BOR untuk RS Ciremai sudah mencapai 84%. Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius karena penambahan kasus masih terjadi.
“Hari ini (kemarin) sudah penuh lagi. Soalnya dari kemarin sudah ada waiting list dari puskesmas terdekat. Sudah penuh, tapi tidak 100% karena ada ruangan-ruangan untuk bayi atau perinatal yang tidak terisi,” ujar dokter mata ini.
Untuk ruangan isolasi sendiri, RS Ciremai tidak bisa menambah kembali ruangan, karena sudah 50% yang digunakan untuk isolasi pasien Covid-19. Bahkan, Kepala RS Ciremai meminta untuk memaksimalkan RSD Gunung Jati dan membuka rumah sakit yang belum memiliki ruang isolasi Covid-19.
“Kemarin aturan dari Kemenkes kan 30%. Kita sudah 40%, namun karena melonjak minggu kemarin, kita tambah jadi 50%. Kita sudah tidak ada ruangan lagi, karena pasien umum nantinya menjerit. Terpaksa kalau penuh kita pindahkan ke RSDGJ atau RS Pelabuhan,” terang Tentri.
Dia juga mengungkapkan, jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki RS Ciremai tidak ideal. Hal tersebut dikarenakan seharusnya setiap pasien dijaga dua tenaga kesehatan yang dibagi menjadi dua shift. Sehingga, setidaknya harus ada 4 perawat untuk 1 pasien. “Tidak mungkin ideal, karena harusnya ada 500-an lebih nakes karena ada shift juga. Kita cuma ada 150-an nakes. Sangat jauh, tetapi kita berupaya semaksimal mungkin,” terang Tentri.