Sementara untuk pasien Covid-19 yang dirawat di Gedung SKB, pihaknya memberikan obat untuk meringankan gejala, vitamin, dan antibiotik atau antivirus. Menurutnya, pasien dengan gejala ringan diberikan obat meringankan gejala dan vitamin sesuai standar yang telah ditentukan tim kesehatan, Kemenkes, atau perhimpunan dokter spesialis.
“Semuanya sudah sesuai standar operasional pengobatan. Pemberian antibiotik dan antivirus juga sesuai panduan dari dokter dan perawat. Kalau sudah dilakukan penanganan lalu gejalanya membaik ya bisa pulang,” katanya.
Terkait asal penularan virus, sebelumnya Pengasuh Ponpes Al Quraniyyah Majalengka KH Yuyud Aspiyudin mengatakan ini sebuah takdir dan ujian dari Allah SWT. Sebab dirinya dan pesantren yang diasuhnya selama ini sangat ketat menerapkan prokes. “Selama pandemi Covid-19 kami menerapkan pembelajaran jarak jauh. Para guru work from home (WFH) sedangkan santri berada di pondok. Dan itu dilakukan sejak 2020 hingga tahun 2021 ini,” ujarnya.
Adapun awal mulanya diketahui terkonfirmasi Covid-19 di lingkungan pesantrennya, bermula ketika ada seorang santri yang menderita sakit flu dan menular ke beberapa orang. Saat itu pihaknya menduga penyakit biasa terjadi di pesantren.
Namun lama-kelamaan pihaknya khawatir dan langsung berkoordinasi dengan puskemas dan dinas kesehatan. “Setelah dilaksanakan rapid test antigen hasilnya reaktif dan dilakukan swab masal dan hasilnya ada 35 orang santri termasuk saya terpapar virus corona (awal muncul kasus). Ini pelajaran buat kita semua bahwa Covid-19 ini nyata dan ada. Mari kita terapkan prokes yang sangat ketat, jangan sampai kendor,” ajaknya. (iim/ono)