2. Kegembiraan atau Antusiasme yang Berlebihan
Tidak semua penyela adalah orang yang ingin mendominasi. Dalam banyak kasus, menyela bisa muncul dari rasa antusiasme yang besar. Misalnya, ketika seseorang merasa sangat tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan, mereka cenderung ingin segera merespons, berbagi pengalaman serupa, atau menyampaikan pendapatnya.
Menurut psikolog komunikasi, antusiasme semacam ini bisa membuat seseorang sulit menahan diri untuk tidak menyela. Ini lebih kepada respons spontan dan bukan upaya untuk merendahkan lawan bicaranya.
3. Kurangnya Kesabaran atau Self-Control
Sebagian orang menyela karena tidak mampu menahan diri. Dalam psikologi, ini berhubungan dengan impulsivity kecenderungan untuk bertindak tanpa berpikir panjang. Orang yang impulsif sering kali berbicara sebelum memikirkan dampaknya terhadap orang lain.
Baca Juga:1 Kemenangan Lagi Liverpool Sudah Mengunci Gelar Liga Inggris 2025 Di Musim IniApa Kelebihan Dan Kekurangan e-SIM Untuk Ponsel Yang Kita Pakai
Hal ini bisa terkait dengan kepribadian, tetapi juga bisa menjadi gejala dari kondisi tertentu seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), di mana kontrol terhadap impuls sering terganggu. Dalam kasus seperti ini, penyelaan bukanlah bentuk kesengajaan untuk tidak menghargai, tetapi lebih merupakan tantangan dalam mengendalikan diri.
4. Dominasi atau Kebutuhan Mengendalikan Percakapan
Ada pula individu yang menyela sebagai bentuk kontrol. Mereka merasa perlu mendominasi percakapan untuk menunjukkan superioritas, otoritas, atau sekadar membentuk arah diskusi sesuai dengan keinginannya.
Menurut Dr. Deborah Tannen, ahli linguistik dan komunikasi, orang-orang dengan kecenderungan dominan dalam komunikasi sering kali tidak nyaman ketika bukan mereka yang mengontrol narasi. Mereka cenderung memotong pembicaraan lawan bicara agar bisa “mengambil alih panggung”.
5. Kebiasaan dari Lingkungan Sosial atau Budaya
Budaya juga memainkan peran besar dalam membentuk kebiasaan berbicara seseorang. Di beberapa budaya, menyela bukanlah sesuatu yang dianggap tidak sopan, melainkan tanda partisipasi aktif dalam percakapan. Misalnya, dalam budaya tertentu, berbicara secara bersamaan atau saling memotong adalah bagian dari dinamika komunikasi yang hidup dan penuh energi.
Namun, jika seseorang berpindah ke lingkungan dengan norma komunikasi yang berbeda, perilaku ini bisa disalahartikan sebagai sikap tidak menghormati.
Menyela saat orang lain berbicara memang bisa terasa menyebalkan, tapi penting untuk memahami bahwa di balik tindakan tersebut bisa terdapat berbagai motivasi dan latar belakang psikologis. Mulai dari keinginan untuk terhubung, ketidaksabaran, hingga rasa tidak aman—semuanya bisa menjadi alasan seseorang menyela.