Menurutnya, semua pihak, baik itu perangkat desa, PPL, petani dan kelompok tani haru ikut serta.
Apalagi musim sekarang belum ada pergerakan. Baik itu penebaran racun tikus maupun pengomposan.
Hal yang agak berbeda disampaikan Ubuntu Os. Menurutnya, dari semua itu, jangan lupa para petani harus menanam secara serentak untuk meminimalisir serangan tikus.
Baca Juga:KDM Minta Cari Dokumen Tata Ruang Zaman Kolonial, Sebut yang Sekarang KacauKDM Kena Tipu, Diprank Anak-anak 'Bau Kencur', Ternyata Gegara Ini
“Jadi, pentingnya suplai air yang mencukupi agar bisa tanam serempak. Minimal dalam radius 4 km persegi bisa tanam serempak,” tegasnya.
Sementara itu, Nur Hardiansyah justru mengeluhkan keberadaan Rubuha. Di Kecamatan Widasari, para kades serempak memasang Rubuha tiap titik sawah, tapi tetap saja tikus masih banyak.
Sementara Rasidin Idin menjelaskan, jika mau jujur, yang efektif mengusir tikus saat ini adalah dengan menggunakan setrum. Hanya keamanan dan keselamatan harus sama-sama dijaga.
“Untun Rubuha bisa, tapi untuk jangka menengah dan panjang sekarang banyak kejadian burungnya makan tikus yang sudah makan racun tetes,” ujarnya.
Asep Supandi justru menilai, Rubuha merupakan cara efektif, aman dan lestari. “Biasa aja ga berlebihan bahasanya. Kita mah ikhtiar jalannya Rubuha,” tegasnya.
Hal yang hampir senada diungkapkan oleh Suwandi“Nebar ular, nebar rubuha, nebar racun, nebar perangkap adalah bentuk ikhtiar. Semoga berhasil. Agar sejahtera petaniku,” harapnya.
Yayan Zhebot juga mengatakan hal yang sama. “Bagus ini memulai dengan hal yang kecil, semoga berdampak besar perlahan ke depanya,” pintanya.
Baca Juga:KDM Puji Lucky Hakim yang Lepas Ular di Sawah, Minta Kembangkan Burung HantuGempa Kamchatka Rusia Tak Ada Apa-apanya, Zona Megathrust Indonesia Lebih Dahsyat
Enjang Squad menilai, rantai makanan dari tikus di makan ular. Ular di makan biawak. “Sedangkan sekarang biawak sama ular diburu untuk dijual iya pantes tikus merajalela,” tandasnya.