Optimisme Bisnis Ayam Petelur Hidupkan Ekonomi Keluarga

Desa Panyingkiran Kidul
PANEN: Arif Rofiuddin (30) memungut telur di kandang ayam petelur miliknya yang berada di Desa Panyingkiran Kidul, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu. Foto: BURHANUDIN/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

INDRAMAYU – Kabupaten Indramayu terkenal dengan sebutan “Lumbung Padi Nasional” dengan pasokan hasil pertanian yang melimpah dalam mendukung program Swasembada Pangan, yang digalakkan Presiden RI Prabowo Subianto. Namun, sektor peternakan juga tidak kalah menjanjikan. Khusus di budi daya ayam petelur, perputaran uang lebih cepat jika dibanding pertanian padi, juga dengan risiko yang lebih minim.

Meski tidak banyak contoh kesuksesan di budi daya tersebut, Arif Rofiuddin (30), peternak muda asal Desa Panyingkiran Kidul, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, memiliki optimisme tinggi. Bapak satu anak ini yakin, bisnis ayam petelur bisa menghidupi perekonomian keluarga kecilnya.

“Alhamdulillah, kami merasa senang. Ini bisa meningkatkan keterampilan dan pemasukan bagi kami, untuk mengembangkan di sektor peternakan, khususnya ayam petelur,” ujar Arif saat ditemui di kediamannya kemarin.

Baca Juga:Pemain Persib, Adam Alis Diburu Polisi Malaysia atas Dugaan Penghinaan Terhadap Aparat Negeri JiranIni Dia 32 Negara Yang Sudah Lolos ke Piala Dunia 2026

Bisnisnya baru seumur jagung. Ia mendapat bantuan ayam petelur sebanyak 600 ekor beserta pakannya pada Rabu, 15 Oktober 2025 lalu. Belum genap satu bulan. “Kami dapat pakan sebanyak 5 ton selama dua kali pengiriman, yang pertama 2 ton, kemudian sisanya di pengiriman kedua,” ungkap Arif.

Bantuan itu ia dapatkan melalui aspirasi dari anggota DPR RI Dapil Jabar VIII, Rokhmin Dahuri. Menurutnya, selama kurang lebih satu minggu, ayam masih perlu beradaptasi dengan kandang yang baru. Hal itu membuat telur yang ia hasilkan per harinya hanya sekitar 50 persen dari jumlah populasi. “Karena ayamnya baru belajar bertelur, jadi per hari dapat 300 butir dari 600 ekor,” kata dia.

Kata Arif, 300 butir telur itu ia jual dengan harga Rp29.000 per kilogram, lebih murah daripada harga pasar. “Kami jual telurnya ke para penjual nasi goreng, para penjual seblak, dan usaha rumahan lainnya,” ucap Arif.

Ia berharap, budi daya ayam petelur miliknya bisa berkembang seiring berjalannya waktu, dan mendapat perhatian berkelanjutan dari pemerintah.

“Semoga bantuan ini senantiasa berkembang, dan kami senantiasa didukung demi kesuksesan dari usaha ayam petelur tersebut,” harapnya.

Tak lupa, ia juga berterima kasih kepada pemerintah yang terus berupaya mewujudkan swasembada pangan, salah satunya di bidang peternakan.

0 Komentar