Dampak Psikis, Masalah Lain Keluarga dan Pasien Terkonfirmasi Positif

covid-19-kota-cirebon
Wakil Walikota Cirebon, Dra Hj Eti Herawati mengunjungi pasien covid-19 yang melakukan isolasi mandiri.
0 Komentar

Seringkali penderita covid-19 mengalami dua masalah sekaligus. Yang pertama tentu saja gejala klinis baik ringan, sedang maupun berat. Yang kedua adalah psikis. Bukan satu atau dua penyintas covid-19 yang bercerita soal ini.

SEJAK awal kasus covid-19 di Kota Cirebon, sudah 4 penyintas yang diwawancara Radar Cirebon secara tatap muka. Dari kasus nomor 10 di RSD Gunung Jati yang sempat mengirim surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Kemudian pasien dari RW 10 Kelurahan Panjunan, dan pasien lainnya.
Semuanya mengeluhkan hal yang sama. Setelah tertekan secara psikologis setelah menerima hasil swab positif, hal yang kedua dan tidak kalah beratnya adalah pergunjingan dari masyarakat. Tak jarang pasien penderita covid-19  menerima beban psikis yang demikian berat. Termasuk oleh anggota keluarganya.
Dian Sumarni misalnya. Saat suami dan anaknya terkonfirmasi positif covid-19, dia turut merakan dampak psikis tersebut. Dian sempat stres dan akhirnya merasakan demam dan mual. “Kepikiran, stres juga. Larinya ke psikis, mindset saya mungkin jadi demam. Tapi saya berfikir daripada menjadi stigma lebih baik saya membangun pikiran positif,” ungkapnya.
Dari situ, Dian mencoba untuk berfikir lebih positif, kemudian membagikan kondisi terkininya selama isolasi mandiri bersama senja di social media.
Dari unggahan di social media, Dian pun mendapatkan banyak dukungan dari berbagai kerabat dan keluarga dekatnya. Tak sedikit yang mengirimkan makanan dan meletakan di pagar rumah. Bukan hanya dari Cirebon, ada juga dari luar kota.
Bahkan di sela-sela menunggu swab ia pun masih dibantu para tetangga untuk sekadar mengambil uang di ATM dan membeli bahan makanan juga makanan ringan. “Dari dukungan keluarga dan tetangga ini yang membuat saya semangat, dan yakin bisa melewati wabah ini,” tukasnya.
Hal serupa juga dirasakan Riki Rahman Permana. Salah satu pasien covid-19 terlama dalam perawatan di RSD Gunung Jati. Selama menjalani isolasi di rumah sakit, dia juga mendapatkan pendampingan psikolog bahkan dari ustad.
Tujuannya tidak lain adalah memberikan ketenangan psikis dengan harapan dapat terus berpikir positif dan mampu mengalahkan virus corona.

0 Komentar