Ekspor Lesu, Tahun 2020 Industri Rotan Masih Nol

ilmi-rotan (2)
MENURUN: Industri rotan yang sempat berjaya pada krisis moneter 1997 hingga 2004, kini mengalami penurunan luar biasa. FOTO: ILMI YANFA UNNAS/RADAR CIREBON
0 Komentar

Sempat
berjaya di tahun 1997-2004, kini industri rotan tak secemerlang dulu. Meski
bahan baku sudah mudah didapatkan kembali pasca ditutupnya ekspor bahan baku,
namun permintaan ekspor rotan pun tak sebanyak biasanya.

***

KEPALA Satuan
Pelayanan Pengembangan Industri Rotan Cirebon, Agus Firmansyah mengakui, saat
ini ekspor rotan tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Pasa masa krisis moneter,
industri rotan bisa dibilang cukup cemerlang hingga 2007 dan 2008
perkembangannya pun masih bagus. Namun dalam beberapa waktu terakhir, ekspor
tak sebagus biasanya. Meskipun tetap ada permintaan. Beberapa pabrik pun mulai
menurun jumlah ekspornya.

“Dulu dalam satu minggu bisa kirim hingga 5 kontainer. Namun sekarang, bisa mengirim 2 kontainer dalam sebulan saja sudah bagus,” tuturnya saat ditemui Radar Cirebon, kemarin (2/3).

Baca Juga:ABK Perahu Terbalik Asal Cirebon Belum DitemukanKapal Tanpa ABK Ditemukan Terbalik di Karimunjawa

Meskipun
bahan baku pembuatan rotan tak sulit didapat, namun produktivitas perajin
menurun. Hal ini terjadi, seiring dengan menurunnya permintaan barang. Fakta
lain, banyak pabrik rotan yang berdiri juga efek dari perang dagang dunia yang
memberikan imbas pada ekspor impor. “Pada 2019 terasa menurun. Bahkan di
tahun ini, belum ada ekspor,” jelasnya.

Satuan
Pelayanan Pengembangan Industri Rotan Cirebon sendiri saat ini menjadi tempat
menerima hasil produksi rumahan dan pengusaha yang hendak diekspor ke berbagai
negara. Di sini, berbagai produk rotan diterima dan dilakukan finishing. Kemudian, dikirim ke berbagai
negara yang diminta buyer.

“Kami
membantu para IKM. Hingga saat ini, ada sekitar 50 IKM yakni perajin tetap yang
menjadi pengesub barang juga ada sebagian pengusaha,” ungkapnya.

Ia
menambahkan, biasanya permintaan rotan meningkat pada bulan April dan Mei.
Pihaknya pun berharap, di bulan tersbut permintaan ekspor bisa kembali
meningkat.

Sementara
itu, di waktu yang berlainan, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi
mengungkapkan, selain batik tulis dan kerang, industri rotan menjadi salah satu
yang menarik. Tentu, hal ini juga memiliki nilai khusus di mata dunia.
Menurutnya, industri rotan ini bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.

“Industri
rotan ini menarik, bisa dinamakan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru untuk
membuat ekonomi Indonesia, khususnya Ciayumajakuning jadi kuat. Industri

0 Komentar