Hadir di Cirebon, Thariq Halilintar Rayu Para Kiai Dorong Santri Jadi Konten Kreator

bersama santri
Thariq Halilintar pada kegiatan Pelatihan Santri Digitalpreuner Indonesia 2023 di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, Minggu (8/10/2023). Foto: Khoirul Anwarudin/Radar Cirebon.
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong agar santri untuk tidak hanya menjadi penonton, di tengah gencarnya penetrasi digitalisasi di segala lini. Lantas, apakah kalangan pesantren, terutama para kiai setuju dengan ide tersebut?

Dalam pembukaan kegiatan Pelatihan Santri Digitalpreuner Indonesia 2023 di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, Minggu (8/10), seorang santri dari Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Siti Nurhasanah bertanya kepada Thariq Halilintar, konten kreator kenamaan Indonesia.

“Bagaiamana santri memulai menjadi konten kreator, sementara setiap harinya, santri tidak diperbolehkan menggunakan gadget, termasuk handphone dan juga alat elektronik lainnya?” tanya Situ Nurhasanah dalam forum itu.

Baca Juga:Sorban Merah Putih dan Harapan Kiai Muhammad Balerante Cirebon untuk Ganjar PranowoHimaseda IPB Cirebon Kembangkan Produk Kopi dan Sirup dari Mangrove

Sontak saja, pertanyaan itu menimbulkan gemuruh dari para santri. Mereka seolah satu suara dan setuju dengan pertanyaan dari Nurhasanah.

Mendengar pertanyaan itu, adik kandung Atta Halilintar yang datang untuk memberikan motivasi kepada para santri itu juga tak langsung menjawab. Pemilik 5,81 juta pengikut Youtube itu justru berseloroh.

“Mungkin ini yang jadi keresehan para santri ya Pak Kiai, terutama yang di sana,” selorohnya.

Secara diplomatis, Thariq kemudian memberikan jawabannya. “Santri kan memang harus fokus untuk belajar. Tapi kalau mempunyai niat yang baik untuk syiar dan dakwah, maka saya pikir Pak Kiai juga mau mengizinkan. Misalnya di hari-hari tertentu ada kelonggaran, agar santri bisa menggunakan gadget, di hari-hari tertentu. Bagaimana, setuju Pak Kiai?” tanya Thariq.

Mendengar itu, sejumlah kiai dan ibu nyai yang berada di barisan depan tampak terkekeh sambil mengangkat jempol tangannya. Sementara yang lainnya tampak bergeming saja.

Seperti diketahui, santri sering kali diidentikkan sebagai kalangan yang dianggap tertinggal dalam hal pemanfaatan teknologi digital. Pasalnya, sejumlah pondok pesantren masih “mengharamkan” penggunaan peralatan teknologi komunikasi seperti televisi, handphone, atau komputer.

Namun demikian, di era digital saat ini, peralatan teknologi menjadi sangat penting untuk mendapatkan informasi dan membangun karakter santri menjadi lebih kuat dan berpengaruh bagi masyarakat luas.

0 Komentar