Kue Tapel; Masa Bodoh dengan Migor, Bertahan karena Tradisional

Kue Tapel; Masa Bodoh dengan Migor, Bertahan karena Tradisional
0 Komentar

Lena sesekali menyeka keringat pada leher akibat hawa panas dari tungku. Sambil tangan kanannya memipihkan adonan kue Tapel yang sedang ditunggu pembeli. Dapur jajanan lawas ini kental dengan nuansa tradisional. Masa bodoh dengan minyak goreng (migor) mahal.ADE GUSTIANA, Cirebon
 
BATANG demi batang kayu bakar diselinapkan ke dalam tungku. Di atas tungku sudah ada wajan besi ukuran tak begitu besar. Kayu bakar itu disulut korek dari batang kayu. Lembar kertas digunakan sebagai pemantik. Agar bara api merata. Asap yang keluar cukup membuat mata pedih. Hawa panas hasil pembakaran membuat bedak Lena agak luntur.
Permukaan wajan dioleskan batu sela. Lena dapat batu itu dari warung jamu tradisional. Katanya, agar adonan tidak lengket dan menempel di wajan. Sambil menunggu kayu rata terbakar Lena menyiapkan adonan kue Tapel dari tepung beras. Tanpa minyak, adonan itu diratakan dalam wajan. Lena menggunakan daun pisang agar adonan benar-benar pipih. Setelah tipis, dimasukkan kelapa, ketan. Kembali dipipihkan menggunakan daun pisang itu.
Terakhir ditambahkan pisang raja dan gula merah. Ada dua tungku dan wajan. Lena mengolahnya bergantian. Didiamkan sebentar, ia kembali memipihkan pisang raja dan gula yang tampak sudah mencair menggunakan batok kelapa. Proses pembuatan kue Tepel membutuhkan waktu sekitar 7-10 menit. Ketika sudah masak, kue ini dilipat. Persis seperti kue leker khas Surabaya. Kue Tapel rasanya manis. Gurih. Kriuk ketika digigit.
Lena yang menamai bisnis kulinernya Kue Tapel Ibu Lena itu mengatakan, sudah sekitar 50 tahun keluarganya berjualan kue khas Cirebon tersebut. Dari uyut. Temurun ke kakek, orang tua dan Lena sendiri.
Sudah 4 generasi. Ia berjualan tak jauh dari rumah, di Jalan Pagongan, Kota Cirebon. Lena juga biasa melayani pesanan melalui WhatssApp 085314634227. Satu porsi dihargai Rp7 ribu. “Dari Bandung pernah ada yang pesan 60 kue Tapel,” tutur Lena yang buka kue Tapel sejak pukul 7 pagi hingga 3 sore itu kepada Radar Cirebon, Selasa (29/3).
Sabtu-Minggu Lena banjir pesanan. Dia berjualan kue Tapel bergantian dengan ibunda. Saat weekend bisa lebih 100 kue ludes. Sementara hari biasa sekitar 50 kue. Menghindari antrean, ia biasa menyetok kue sebanyak-banyaknya. Yang dibutuhkan hanya kayu bakar. Tak ada minyak-minyakan, apalagi migor.

0 Komentar