Masjid Buntet Pesantren, Tempat Iktikaf Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana

Masjid Buntet Pesantren, Tempat Iktikaf Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana
PENUH FILOSOFI: Salah satu potret sudut Masjid Agung Buntet Pesantren yang kaya akan nilai filosofi dan tradisi. foto: jerrell z/radar cirebon
0 Komentar

Bac Juga: Segera Dibuka, Galeri Rasulullah Masjid Raya Al Jabbar Diresmikan 5 Ramadhan 1444 H

“Makanya tempat mimbar terdapat di dalam bangunan utama masjid, sehingga minus 1 menjadi 99 jamaah. Sehingga, asmaul husnanya 99 ditambah Allah menjadi 100,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, terdapat juga 9 pintu utama yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Imam Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Asy’syafi’i, Ahmad bin Hambal Asy-Syaibani, dan Abu Hanifah, An-Nu’man bin Tsabit.

Baca Juga:Perusahaan Wajib Bayar THR H-7, Disnakertrans Kuningan Bentuk Tim KhususBerhasil Digagalkan, Bungkusan Dilempar ke Lapas Kuningan, Isinya Ini

Kemudian susunan dari atap masjid ini juga berjumlah tiga yang melambangkan iman, Islam, ihsan. Pancatan juga berjumlah lima dan ditambah satu. Lima adalah rukun Islam dan satunya lagi adalah rukun iman.

Tradisi di Masjid Agung Buntet Pesantren Saat Tiba Ramadhan

KH Ade juga menambahkan, dalam bulan Ramadhan ini, terdapat beberapa tradisi atau adat istiadat yang turun-temurun dilakukan setiap tahunnya. Salah satunya adalah tradisi dugdag yang biasanya dilakukan dengan cara menabuh bedug saat mulai menjelang Magrib untuk memberitahu masyarakat tentang awal Ramadhan atau Idul Fitri.

“Jika di Buntet sudah dugdag, jadi masyarakat menganggap besok adalah 1 Ramadhan atau awal Idul Fitri. Dahulu lebih meriah lagi, karena menggunakannya meriam,” ujarnya.

Selain itu ada kegiatan lain, yaitu tradisi ngejaburi. Tradisi ini dilakukan dengan pembuatan kue oleh warga yang akan dikirimkan pada warga lain dan juga masjid. Nantinya, kue tersebut akan dimakan pada saat Shalat Tarawih di masjid tersebut.

Hal yang terakhir dilakukan adalah tadarusan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengaji Alquran dan disimak oleh masyarakat sekitar. Kemudian, dalam satu bulan Ramadhan akan dua kali mengkhatamkan Alquran, karena setiap harinya akan dibacakan 2 juz. (jer)

 

0 Komentar