Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara Hanya Dipisah Tembok

Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara Hanya Dipisah Tembok
0 Komentar

Di satu lingkungan, ada empat rumah ibadah berbeda. Yaitu masjid, pura, gereja dan vihara. Letaknya berdekatan. Hanya dipisah tembok dan jalan. Umatnya saling hidup rukun. Lingkungan sekitar masih asri. Tak heran kalau sering jadi rujukan program kampung iklim (proklim) lestari.ADE GUSTIANA, Cirebon
 
LINGKUNGAN itu ada di RW 08 Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Harjamukti. Telah ditetapkan sebagai proklim lestari terbaik se Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018 lalu.
Namun ada yang luput dari perhatian. Soal hadirnya empat rumah ibadah yang berbeda. Adalah Masjid As Salam, Pura Agung Jati Permana, Gereja Wreda, dan Vihara Bodhi Sejati.
Keempatnya masih aktif. Rutin dimanfaatkan masing-masing umat untuk menunaikan kewajiban religius. Antara pura dan masjid hanya dipisah tembok. Keduanya saling membelakangi. Masjid ada di Jalan Merbabu D1. Sementara pura di Jalan Bali. Namun jika dilihat jarak keduanya kurang dari lima meter saja. Sama-sama ada di tengah pemukiman.
Masih di Jalan Bali, letak peribadatan umat nasrani. Pura dan gereja ini saling berhadapan. Sepelemparan batu dari Gereja Wreda, ada vihara. Menjadi titik paling ujung di RW dengan luas 5,8 hektare tersebut. “Perbedaan itu sebuah keniscayaan. Itu mutlak. Dan kami, masyarakat umumnya, menjaga untuk selalu menjadi penyejuk di tengah perbedaan itu,” ujar ketua RW setempat Agus Supriono kepada Radar Cirebon kemarin.
Agus sadar betul potensi wisata gang di wilayahnya itu. Antara program penghijauan dan tujuan religi saling berkesinambungan. Harapan dia ke depan adalah membuat warga di sekitarnya berdaya. Melalui ragam potensi yang dimiliki. “Kita punya empat pilar. Nomor satu adalah pilar kewirausahaan untuk meningkatkan ekonomi warga, memanfaatkan segala keunggulan yang kita punya,” terangnya.
Kewirausahaan salah satunya melalui sektor usaha kecil dan menengah. Sudah sejak lama berjalan. Bahkan wisatawan yang datang diwajibkan untuk membeli produk warga lokal itu. Misalnya bidang kuliner. Produknya ada kue kering, sambel asem dan makanan ringan sejenis. Lalu kerajinan daur ulang dari limbah bekas. Menghasilkan ekobrik. Serta merchandise buatan tangan-tangan kreatif.

0 Komentar